GARDUOTO – Pengembangan kendaraan listrik, khususnya motor dan sepeda listrik, semakin meningkat. Seiring tren tersebut, minat masyarakat juga kian marak untuk membeli dan menggunakan kendaraan roda dua listrik.
Peluang pasar kendaraan listrik roda dua yang besar ini turut dimanfaatkan dan dimaksimalkan oleh pelaku industri dalam negeri, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM).
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus memacu pembinaan kepada para pelaku IKM alat angkut untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi kendaraan listrik, salah satunya melalui kegiatan Pendampingan Pengembangan Prototipe Kendaraan Listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Kendaraan berbasis listrik ini merupakan hasil kegiatan pendampingan Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) kepada pelaku IKM alat angkut di NTB yang kami dorong agar mampu memproduksi kendaraan multiguna berbasis listrik,” kata Faisol Riza, Wakil Menteri Perindustrian.
Kegiatan pendampingan yang juga didukung oleh Pemerintah Provinsi NTB ini dilaksanakan di Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi NTB.
Kolaborasi juga dilakukan dengan PT Eran Teknikatama sebagai Tenaga Ahli dan pemasok beberapa komponen utama dalam pengembangan prototipe kendaraan listrik multiguna tersebut.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menyampaikan, produk yang dikembangkan pada pendampingan ini sebanyak dua unit kendaraan listrik yang berfungsi sebagai kendaraan niaga untuk berjualan.
“Saat ini, penggunaan kendaraan listrik seperti sepeda roda tiga telah banyak implementasinya pada sektor niaga, mulai dari sebagai kendaraan kurir pengiriman, berjualan kopi keliling hingga sebagai moda transportasi berjualan aneka jajanan makanan dan minuman,” paparnya.
Dirjen IKMA mengungkapkan, kegiatan pendampingan telah berlangsung selama tiga bulan, mulai dari Agustus sampai November 2024.
Ini merupakan lanjutan dari pendampingan pengembangan sepeda listrik yang dilaksanakan 2022 lalu dengan melibatkan IKM alat angkut binaan yang sama, yaitu R-One Rev dan Le-Bui dari Mataram, Mori Taho Bike dari Dompu, Fi-Bike dari Bima, dan NgebUTS dari Sumbawa.
Adapun unit protipe yang dibuat adalah kendaraan niaga Bakso Bike dengan yang dijual di pasar dengan kisaran harga Rp 20 – 25 juta dan kendaraan Starling Bike dengan kisaran harga Rp 10 – 15 juta.
Prototipe kendaraan listrik multiguna ini dirancang dengan memaksimalkan aspek fungsionalitas yang dilengkapi dengan sistem pemasangan semi-portable, dan didukung dengan teknologi terkini.
Proses pengembangannya meliputi sejumlah tahapan, mulai dari pengadaan sparepart hingga finishing yang seluruhnya dilakukan bersama-sama Tenaga Ahli dan IKM alat angkut di BRIDA.
“Dengan kolaborasi ini, Bakso Bike dan Starling Bike berhasil mencapai spesifikasi unggulan, seperti kecepatan rata-rata 40 km/jam dan daya tahan baterai yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan pasar,” jelas Reni. (GO/Gie)