GARDUOTO – Pertamina Refinery Unit III melakukan Launching Perdana. Yaitu Bahan Bakar Ramah Lingkungan Biosolar (B-20) di Kilang RU III Plaju pada Kamis (24/1).
Kilang ini sebagai komitmen menjalankan Kebijakan Pemerintah sesuai Permen ESDM No 41 Tahun 2018. Untuk menerapkan penggunaan campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar dengan minyak nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) sebesar 20% yang diproduksi oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN).
“Launching Biosolar (B-20) ini menunjukkan bahwa Pertamina Refinery Unit III Plaju siap mendukung program Pemerintah. Dan memenuhi security of supply khususnya di daerah Sumbagsel melalui sinergi bersama dengan Marketing Operation Region II Sumbagsel untuk melakukan produksi dan menyalurkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan kepada masyarakat ujar,” GM RU III Plaju, Yosua I. M Nababan pada sambutannya.
RU III telah melakukan improvement baik dari segi sarfas penerimaan FAME maupun produksi B-20 dalam tempo yang cukup cepat. Kilang RU III mampu mengolah pasokan FAME dari supplier dengan kapasitas 30.000-40.000 KL/bulan.
FAME diterima melalui kapal dan disalurkan melalui RPM (Rumah Pompa Minyak) Fuel di area storage tanki. Ini untuk dilakukan blending Solar sebagai B-20. Untuk kemudian di lifting melalui sarfas existing baik via kapal maupun pipeline ke TBBM wilayah Sumsel dan Lampung.
“Kami berterima kasih atas apresiasi Menteri ESDM RI saat kunjungannya ke RU III lalu. Menciptakan energi bersih menjadi prioritas kami sebagai Green Refinery pertama di Indonesia,” sambungnya.
Selain untuk memenuhi Regulasi, injeksi FAME sebanyak 20% ke dalam produk solar dapat memberikan potensi improvement kualitas finish product. Pjs. General Manager MOR II,
Hendrix Eko Verbriono, pada launching perdana B-20 mengatakan keunggulan B-20 ini memiliki CetaNe number diatas 50 yang artinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan CetaNe number Solar murni yakni 48.
“Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi pervolume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur pada produk Diesel tersebut”, tuturnya.
Penerapan Bahan Bakar Ramah Lingkungan ini tentunya juga berdampak pada pengendalian angka impor BBM sehingga diharapkan ikut mendukung stabilitas nilai rupiah dan menghemat devisa negara. Melalui pemanfaatan Minyak Sawit ini, selain menyejahterakan Petani Sawit dengan menjaga stabilisasi harga CPO juga mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dari Business as Usual (BAU) pada tahun 2030.
RU III Plaju merupakan salah satu dari 30 lokasi yang ditentukan menerima FAME dengan pertimbangan kebutuhan B-20 untuk Provinsi Sumsel dan Lampung sebanyak 3.500 – 5.000 KL/hari.
Saat ini secara reguler dapat dipenuhi seluruhnya dari RU III Plaju yang mampu menghasilkan Biosolar (B-20) 180.000-200.000 KL/bulan. Ini merupakan bagian dari upaya Pertamina menjamin ketahanan stok BBM Ramah Lingkungan di pasaran.
Pertamina akan terus berinovasi menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan diantaranya langsung mengolah CPO di dalam kilang untuk menghasilkan green fuel berupa green gasoline, green diesel dan green avtur.[Go/Res]