GARDUOTO – Setelah meraih sukses besar dengan Air ev, pada akhir 2023 lalu, Wuling Motors menghadirkan produk EV kedua mereka di Indonesia, yakni BinguoEV.
Kehadiran Wuling BinguoEV waktu itu berhasil mendapat respons yang positif dari masyarakat, karena mobil ini punya desain yang terbilang imut, tapi punya akomodasi yang lebih baik dari Air ev.
Bermula dari situ, Wuling BinguoEV pun dicap sebagai sebuah mobil listrik yang imut, tapi punya utilitas dan akomodasi yang baik.
Namun setelah kami mengenal mobil ini lebih dalam, ternyata ia tak hanya menjadikan tampilan yang imut sebagai kekuatan utamanya. Masih ada hal positif lainnya yang kami temukan dari Wuling BinguoEV.
Eksterior Imut dan Bergaya Ala Retro
Seperti yang kami bilang di awal, Wuling BinguoEV punya desain eksterior yang imut, karena dimensinya sendirinya sendiri memang cukup mungil. Kesan imut tersebut berpadu dengan gaya ala retro yang menjadikan tampilannya jadi tambah menarik.
Bukan cuma karena perpaduan antara desain yang imut dan sentuhan ala retro, hal lain yang bikin eksterior BinguoEV jadi lebih menarik ialah karena EV berjenis City Car ini menganut pola warna two tone, yang mana bagian atap dan spionnya diberi kelir hitam.
Lalu, Wuling juga memberikan sedikit aksen krom pada lis kaca BinguoEV yang terbentang dari pintu depan hingga bagasi. Pengaplikasian krom yang agak minimalis ini kami nilai berhasil untuk menambah kesan atraktif pada eksteriornya.
Walau secara keseluruhan tongkrongan luarnya tampak atraktif, namun tetap ada hal yang menjadi catatan. Seperti peleknya yang masih menggunakan dop, yang terasa kurang mahal.
Peleknya sendiri memiliki ukuran sebesar 12 inci, yang menurut kami cukup pas dengan tongkrongan Wuling BinguoEV yang imut dan agak mungil.
Interior Juga Bergaya Retro
Selaras dengan eksteriornya, interior Wuling BinguoEV juga tampil bergaya retro. Aura retro di interiornya paling kentara dari kisi AC tengahnya yang diberi sentuhan krom, yang gayanya khas mobil klasik.
Pemilihan warna interior coklat yang dominan dengan kombinasi krem juga semakin menguatkan aura retro di kabinnya.
Aura retro di kabin BinguoEV berpadu dengan unsur modern, yang bisa kita temukan pada layar panjang, yang merupakan kesatuan antara instrument cluster dan head unit.
Hal lain yang perlu kita apresiasi dari kabin mobil listrik rakitan lokal ini ialah banyaknya material empuk. Bagian-bagian krusial di kabin seperti jok, door trim, dan setir, semuanya sudah dibalut kulit.
Sayangnya, tidak seperti mobil-mobil Wuling lainnya yang harganya di atas Rp 300 juta, BinguoEV masih belum dilengkapi dengan perintah suara berbahasa Indonesia, yakni WIND. Makanya, untuk mengatur segala hal yang ada di mobil, kita masih harus melakukannya sendiri.
Akomodasi Sedang-sedang Saja
Soal akomodasi, jelas BinguoEV lebih jumawa dari Air ev. Tapi jika kita nilai secara objektif, akomodasi BinguoEV ini terbilang sedang-sedang saja, alias tidak superior, khususnya untuk penumpang belakang.
Sebab saat kami yang berpostur 175 cm duduk di belakang bangku pengemudi yang posisinya sudah kami sesuaikan dengan tinggi badan kami, hanya tersisa legroom sebanyak tiga jari, dan headroom lima jari.
Duduk di bangku belakang Wuling BinguoEV juga terasa kurang rileks karena tak ada hand rest di bagian tengah. Ini merupakan imbas dari pelipatan bangku belakang dengan format 50:50, dan pelipatannya pun tak rata lantai.
Cerita sedikit berbeda saat kita melihat bagasinya. Wuling BinguoEV punya kapasitas bagasi sebesar 790 L, cukup besar untuk sebuah mobil seukurannya.
Uniknya, terdapat dua buah keranjang di bagasi BinguoEV. Keberadaan keranjang ini tentunya membuat kita bisa menata barang bawaan dengan lebih rapi. Lalu jika tidak ingin memakainya, keranjang tersebut bisa kita keluarkan dengan mudah.
Rasa Berkendara
Sebelum menceritakan rasa berkendaranya, kami hendak memberi kredit positif terhadap posisi mengemudinya yang terasa nyaman dan rileks. Salah satu faktor penentunya adalah karena pengaturan bangku pengemudinya sudah elektrik, sehingga lebih fleksibel.
Faktor kedua adalah karena di bawah dasbornya, tak ada panel atau pembatas. Hal ini membuat pengemudi bisa menggerakkan dan menaruh kaki kirinya dengan lebih leluasa, apalagi jika pengemudinya punya kaki yang jenjang.
Sekarang saatnya kita membahas soal rasa berkendaranya. Menilik data teknisnya, Wuling BinguoEV mengadopsi baterai berkapasitas 31.9 kWh. Perlu didiketahui, itu adalah kapasitas baterai BinguoEV varian Long Range.
Baterai yang diusung Wuling BinguoEV Long Range dapat memuntahkan tenaga sebesar 65 dk dan torsi 150 Nm. Tenaga dan torsi tersebut disalurkan ke roda belakang.
Keluaran tenaganya memang tidak besar. Tapi berkat torsinya yang hampir 2.5 kali lebih besar dari tenaganya, mampu memberikan efek yang signifikan terhadap performanya secara keseluruhan. Berkat torsinya itu, BinguoEV bisa berakselerasi dengan cekatan, baik itu di kecepatan rendah ataupun tinggi.
Terdapat empat mode berkendara pada Wuling BinguoEV, yakni Eco+, Eco, Normal, dan Sport. Pada mode Eco+, mobil ini hanya bisa digeber hingga kecepatan 106 km/jam. Makanya jika ingin berlari hingga kecepatan di atas 110 km/jam, minimal mode berkendara ditempatkan di Eco.
Menurut klaim Wuling, dengan baterai penuh, Wuling BinguoEV Long Range bisa berjalan sejauh 333 km. Ternyata, klaim tersebut memang benar adanya. Hanya saja, pengecasan BinguoEV Long Range masih belum memakai fast charging.
Kesimpulan
Pada akhirnya, kami bisa menyimpulkan bahwa Wuling BinguoEV, khususnya yang varian Long Range, bukanlah sebuah EV yang hanya bermodal tampilan imut.
Mobil ini punya performa yang mumpuni berkat torsinya, akomodasi barang yang terbilang mumpuni, dan pastinya gesit dan lincah saat dibawa membelah kemacetan kota.
Saat ini, Wuling BinguoEV Long Range dijual seharga Rp 317 juta on the road Jakarta. Bagi kami, harga tersebut membuat mobil ini jadi masuk akal untuk dimiliki.
Karena dengan harga yang ditawarkannya, kita sudah mendapatkan sebuah EV yang punya tampilan menarik, punya akomodasi barang yang mumpuni, dan jarak tempuhnya masih terbilang jauh. (GO/Gie)