GARDUOTO – Berawal dari acara Deklarasi Kota Solo sebagai Kota Otomotif, di Stadion Manahan, Surakarta, Sabtu (10/3) lalu, yang diselenggarakan oleh kelompok yang menamakan diri Indonesia 1, ternyata ada satu acara yang kini menjadi polemik diantara para club dan komunitas otomotif di tanah air.
Pasalnya diacara deklarasi tersebut ada atraksi big foot (mobil dengan roda besar) menggilas berulangkali mobil Peugeot 504 dan mobil lainnya. Tak terima dengan hal itu, penggemar dan komunitas Peugeot 504 melayangkan surat protes kepada panitia.
Peugeot 504 Comm menyatakan bahwa deklarasi yang punya nilai luhur itu kenapa harus diciderai dengan menginjak-injak perasaan penggemarnya. Acara menggilas mobil kontraproduktif dengan ide Kota Solo sebagai Kota Otomotif.
Apalagi mobil yang digilas justru sudah masuk dalam jajaran mobil vintage, mobil antik yang lahir pada tahun 1969-1982. Mobil Peugeot 504 bukan saja eksis di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Artinya penggemar Peugeot 504 begitu banyak di dunia.
Mobil keluaran Prancis ini adalah maskot utama bagi para penggemar peugeot. Bahkan mesin andalan peugeot 504, XN1 memiliki sejarah panjang diproduksi (1967-2005) tentu dalam beberapa varian tambahan.
Namun, kekecewaan keduapun terjadi. Pihak panitia, yang diwakili oleh Presiden Indonesia 1 Heru S Notonegoro, dalam media cetak keluaran Solo, merasa bahwa atraksi itu biasa-biasa saja. Masalah ini jangan dibesar-besarkan.
Dalihnya mobil yang digilas dan dirusak adalah mobil yang telah tidak terpakai. Sudah menjadi besi tua, peralatannya sudah tidak lengkap, dan dianggap bukan berbentuk mobil. Mereka beli dari lokasi pasar barang bekas. Dan tidak ada regulasi yang melarang.
Jawaban tersebut tidak membuat komunitas Indonesia Peugeot 504 puas. Komunitas Peugeot 504 menilai jawaban Heru S Notonegoro justru tak mengandung penyesalan sama sekali, yang muncul adalah kesan bangga mampu membuat atraksi menggilas, dengan dalih yang nonton gratis. Pengemar Peugeot 504 menilai acara menggilas dan merusak mobil itu masih nampak jelas sebagai mobil Peugeot 504.
Dengan diskusi cepat, persoalan ini dilempar dalam Forum Ketua Umum Club dan Komunitas Mobil se Indonesia. Merasa bahwa ini tak bisa dibiarkan dan menjadi momentum, para ketua umum sepakat bahwa gilas mengilas mobil tetaplah acara yang tak bermanfaat, selain itu akan melukai perasaan penggemar atau club/komunitas mobil yang digilas.
Sepakat dengan hal itu, Komunitas Peugeot 504 dan Forum Ketua Umum Club/Komunitas Mobil Se Indonesia sepakat membuat pernyataan sikap.
Isi dalam pernyataan sikap itu adalah sebagai berikut ; Menyesalkan dalam kegiatan deklarasi kota solo sebagai kota otomotif justru acaranya kontraproduktif, yakni menggilas mobil. Seharusnya acara itu mendidik dan konstruktif membangun otomotif Indonesia.
Kedua, pihak Ketum dan Peugeot 504 menyesalkan jawaban dari Presiden 1, nampak tak ada penyesalan setelah diprotes oleh komunitas Peugeot 504. Menurut beberapa Ketua Umum, tanpa mengurangi apresiasi terhadap ide Kota Solo Sebagai Kota Otomotif, jawaban tersebut cenderung menafikkan bahwa bagitu banyak dan bermacam-macam otomotif yang kini menjadi club dan komunitas, namun pihak Panitia Indonesia 1 justru melukai hati pihak club yang menaungi mobil tersebut.
Ketiga, para Ketum juga menegaskan bahwa tak layak lagi gilas-mengilas mobil menjadi atraksi dan tontonan. Karena hal itu akan melukai para penggemar mobil tersebut, sekaligus tak memiliki manfaat yang baik. Bahkan secara budaya, Indonesia tak memiliki budaya merusak otomotif.
“Acara menggilas mobil adalah kegiatan destruktif, merusak dan tak mendidik. Kesempatan ini adalah momentum untuk kita bersepakat tidak akan lagi Club/Komunitas untuk membuat acara serupa,” tegasnya.
Peryataan Sikap yang dibroadcast melalui jaringan otomotif ini meraih dukungan besar, dalam waktu 12 Jam saja sudah mendapat dukungan 157 Club/Komunitas/Forum otomotif. Bahkan banyak yang menyampaikan secara pribadi, mengutuk kegiatan gilas-menggilas mobil. Hingga hari ini respon dukungan terus berlanjut.
Dalam langkah selanjutnya, pihak Peugeot 504, melalui Rahadian Ali sebagai Pako Peugeot 504 mengatakan bahwa semoga momentum ini menjadi titik balik, bagaimana mengelola kegiatan Club/Komunitas mobil lebih bermanfaat untuk sosial dan member. Bukan hanya sekelas hiburan yang justru membuat komunitas lain tersakiti.[Go/Res]