GARDUOTO – Bila GLA adalah mobil yang lahir atas hasil eksperimen yang dilakukan oleh Mercedes-Benz, maka hasil yang didapat pada generasi pertamanya masih belum bisa dibilang sempurna.
Punya desain yang lebih cocok disebut sebagai hatchback, kabinnya tak terlalu lega, bantingan suspensi cukup keras, dan konsumsi BBM yang relatif boros, menjadi beberapa catatan pada Mercedes-Benz GLA generasi pertama.
Sadar produknya punya cukup banyak catatan, membuat Mercedes-Benz jadi melakukan ubahan yang drastis terhadap GLA. Bahkan ubahannya yang drastis itu sudah langsung terlihat dari desain eskteriornya.
Pastinya, ubahan yang dilakukan Mercedes-Benz terhadap GLA generasi kedua tidak hanya sebatas di desain eksteriornya saja. Semua aspek yang ada di mobil ini turut mendapat ubahan yang terbilang signifikan.
Semua ubahan yang dilakukan Mercedes-Benz terhadap GLA berhasil membuat mobil ini jadi lebih matang di berbagai aspek. Terlebih pada model facelift-nya yang baru meluncur di awal tahun ini.
Desain Eksterior Lebih Gagah
Tak ada lagi kesan sebuah hatchback yang ditinggikan saat kita melihat desain eksterior Mercedes-Benz GLA. Mobil ini sudah menganut desain ala crossover yang lebih gagah dan berkarakter, walau memang belum sesangar SUV tulen.
Apalagi pada model facelift ini, ia mendapatkan beberapa detail baru di eksterior yang tidak hanya menegaskan kesan gagahnya, tapi juga membuatnya jadi lebih sedap dipandang.
Mulai dari sedikit revisi desain bumper depan, motif headlamp baru, motif lampu belakang yang dibuat mirip dengan All New GLC, hingga over fender yang sekarang dicat sewarna bodi.
Walau sentuhan baru di eksteriornya terhitung sedikit, namun menurut kami hal itu sudah cukup untuk membuat tampilan luar GLA 200 facelift jadi tak membosankan. Apalagi dengan trim AMG yang disandangnya, juga membuatnya jadi punya nilai sporti dan atletis.
Ada Ubahan yang Signifikan di Interior
Ketika pertama kali hadir di Indonesia pada 2020, Mercedes-Benz GLA 200 tidak dilengkapi dengan sunroof, bahkan sampai di facelift pertamanya, fitur tersebut masih belum juga disematkan.
Akhirnya, pada facelift keduanya, Mercedes-Benz menghadirkan sunroof pada GLA 200. Bukan cuma sunroof, moonroof pun juga diberikan untuk penumpang belakang. Tapi seperti moonroof pada umumnya, ia tidak bisa dibuka.
Bukan cuma sunroof dan moonroof, hal baru lainnya yang terdapat di kabin mobil berkode bodi H247 ini ialah setir AMG baru, yang bentuknya lebih tajam, dan punya bagian samping kiri-kanan dan bawah yang rata, layaknya setir mobil balap.
Satu hal lagi yang cukup penting yang sudah ada di GLA 200 facelift ialah pengaturan AC dual zone. Menariknya lagi, tombol pengaturan AC-nya masih berbentuk fisik yang tegas, sehingga lebih memudahkan kita saat mengatur AC.
Akomodasi Makin Lega
Membengkaknya dimensi Mercedes-Benz GLA tentu memberikan efek terhadap akomodasinya yang jadi lebih lega. Saat kami duduk di belakang bangku pengemudi yang sudah kami setel dengan postur tubuh kami yang setinggi 175 cm, kami mendapatkan legroom sebanyak empat jari, dan headroom enam jari.
Meskipun legroom yang tersisa tidak terlalu banyak, namun kami cukup terkejut saat mendapatkan headroom yang lumayan, mengingat Crossover terkecil Mercedes-Benz ini memiliki plafon atap belakang yang sedikit turun berkat adanya moonroof.
Pastinya, penumpang belakang GLA mendapatkan ventilasi AC yang terletak di balik konsol tengah. Sayangnya, sama sekali tidak ada pengaturan terpisah untuk AC buat penumpang belakang.
Tak cuma ruang untuk penumpang belakang yang semakin lega, akomodasi barang di GLA pun juga semakin membaik karena ia punya volume bagasi yang lebih luas dari generasi sebelumnya.
Rasa Berkendara
Sebelum menyalakan mesin dan berjalan, perbedaan sensasi berkendara antara GLA lama dengan yang baru bahkan sudah terasa sejak kami duduk di bangku pengemudi. Ya, saat baru duduk saja, kita langsung disambut dengan posisi mengemudi yang lebih tinggi.
Posisi mengemudi yang lebih tinggi ini tentu menandakan bahwa progress GLA menjadi sebuah Crossover dan menuju SUV sudah terasa hasilnya. Posisi mengemudi yang disuguhkannya tentu sangat berbeda dengan GLA generasi pertama yang rendah seperti hatchback.
Lantaran punya posisi mengemudi yang lebih tinggi, maka visibilitas ke depan pun jadi lebih luas. Hal tersebut sebenarnya juga dikarenakan ia punya kaca depan yang lebih lebar dan besar dari pendahulunya.
Setelah merasa tersanjung dengan posisi mengemudi yang diberikannya, kami pun langsung membawanya berjalan. Rasa yang familiar kami rasakan saat membawanya berjalan.
Itu dikarenakan ia memakai mesin dan transmisi yang sama dengan mobil-mobil NGCC Mercedes-Benz lainnya seperti A200 Sedan, CLA 200, dan GLB 200.
Ya, unit mesin berkode M282 yang berkapasitas 1.332 cc empat silinder turbo yang bertenaga 161 dk di 5.500 rpm dan torsi 250 Nm pada rentang 1.620 – 4.000 rpm, bersemayam di balik kap mesin GLA 200 facelift.
Mesin tersebut menyalurkan seluruh tenaga dan torsinya ke roda depan melalui transmisi otomatis tujuh percepatan berteknologi kopling ganda, yang punya kinerja yang cekatan dan cukup halus.
Terkait soal kinerja transmisinya, ia akan jadi sangat cekatan dan halus saat kita menggeber mobil hingga kecepatan tinggi, atau cruising di jalan tol.
Dalam parameter tersebut, transmisinya mampu melakukan shifting naik atau turun dengan sangat cepat, halus, bahkan hampir tak terasa perpindahannya.
Tapi saat dibawa ke kondisi jalan yang stop and go, keluhan khas transmisi kopling ganda masih terasa. Dimana saat kita melakukan engine break atau atau mengurut gas secara perlahan, kadang ada terasa gejala seperti transmisi yang mengalami jedug.
Lantas untuk soal kenyamanannya, sudah pasti ia lebih nyaman dari generasi sebelumnya. Bantingan suspensi GLA yang dulu relatif keras, kini sudah lebih lembut, namun tetap tidak limbung.
Kami rasa, selain karena faktor perubahan suspensi, hal lain yang menyebabkan bantingan GLA menjadi lebih lembut ialah karena faktor pemakaian ban yang tebal. Adapun ukuran ban dafi GLA 200 ialah 235/50 R19. Ukuran tersebut sama di semua rodanya.
Peningkatan lain yang kami rasakan pada GLA 200 ada pada konsumsi BBM-nya yang lebih irit dari pendahulunya. Menurut klaim pabrikan, bahan bakar yang cocok untuk Small Luxury Crossover ini adalah yang beroktan 95.
Tetapi saat melakukan pengetesan, kami mengisi bahan bakarnya sebanyak dua kali dengan nilai oktan yang berbeda, yakni 95 dan 98.
Hasilnya, tidak ada perbedaan yang terasa. Mulai dari suplai tenaga hingga konsumsi BBM, tak ada yang berbeda. Itu artinya, GLA 200 memang cukup diberikan bahan bakar beroktan 95.
Kesimpulan
Berbagai ubahan yang dialami oleh Mercedes-Benz GLA sukses membuat mobil ini jadi lebih matang di segala aspek. Mulai dari desain, performa, kenyamanan, akomodasi, hingga yang tak kalah penting adalah efisiensi bahan bakar.
Memang, secara tampilan eksterior, ia masih belum bisa tampil ala sebuah SUV tulen. Namun setidaknya, desain GLA sekarang sudah tampak lebih matang karena tongkrongannya lebih gagah, dan sama sekali tak ada unsur kemiripan dengan hatchback seperti pendahulunya.
Saat ini, Mercedes-Benz GLA 200 AMG Line dijual seharga Rp 955 juta off the road. Berarti, jika dikonversikan ke dalam on the road, maka harganya adalah sekitar Rp 1.05 miliar.
Betul, harga GLA 200 sekarang sudah tembus Rp 1 miliar. Meski demikian, kami rasa ia layak dibanderol dengan harga tersebut. Alasannya adalah karena GLA 200 sekarang sudah bisa merefleksikan nilai-nilai esensial dari sebuah crossover premium dari Eropa yang nyaman, bertenaga, dan tentunya mewah. (GO/Gie)