GARDUOTO – Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) siap mendukung penuh upaya Pemerintah Indonesia dalam mencapai penurunan emisi 31 persen pada 2030. Pencapaian penurunan emisi tersebut menjadi sangat penting dan merupakan salah satu pilar utama dalam transformasi sektor energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap sumber energi fosil yang terbatas, membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, serta menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Wiluyo Kusdwiharto, Ketua Umum METI.
METI menekankan pentingnya langkah-langkah konkret yang diperlukan untuk memenuhi target penurunan emisi 31 persen pada 2030 seperti yang tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution Republic ofI ndonesia 2022.
Dalam konteks ini, METI memandang perlu adanya komitmen yang lebih kuat dari pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendukung bagi industri energi terbarukan.
“METI siap untuk bekerja sama dengan pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta untuk mewujudkan penurunan emisi 31 persen pada 2030,” tambah Waluyo.
Sejalan dengan langkah METI dalam memenuhi target penurunan emisi 31 persen pada 2030, maka diadakanlah acara EBTKE ConEx 2023 yang akan digelar pada 12 – 14 Juli mendatang.
Acara ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan sektor industri mengenai manfaat dan potensi energi terbarukan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim.
“Pameran ini akan memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk mempelajari lebih lanjut tentang energi terbarukan dan dampaknya bagi keberlanjutan lingkungan,” ujar Eka Satria, Ketua Steering Committee Indonesia EBTKE ConEx 2023.
Selain dijadwalkan dibuka langsung Presiden RI Joko Widodo dan dihadiri Menteri ESDM Arifin Tasrif, beberapa pembicara yang hadir berpartisipasi di ajang Indonesia EBTKE ConEx 2023 adalah dari kalangan menteri.
Mulai dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kiki Yulianti, dan influencer Cinta Laura. (GO/Gie)