GARDUOTO – Setelah menghabiskan waktu selama tiga hari dalam rangkaian acara Media Test Drive Honda WR-V di Bali, tentunya sekarang kami sudah tahu bagaimana rasa berkendara dari Small Crossover ini.
Boleh dibilang, Honda WR-V adalah mobil yang punya rasa berkendara yang paling menyenangkan di kelasnya. Keasyikan berkendara WR-V utamanya disebabkan karena mobil ini punya tenaga terbesar di kelasnya, yakni 119 dk dan torsi 145 Nm, dari mesin berkapasitas 1.5 L, dipadukan dengan transmisi CVT.
Besarnya tenaga yang dimiliki oleh WR-V membuat mobil ini mempunyai nafas yang panjang, sehingga membuatnya lebih sigap untuk melakukan berakselerasi kapanpun jika diperlukan. Aplikasi transmisi CVT juga membuat penyaluran tenaganya jadi halus.
Kekuatan performa Honda WR-V kami uji ketika melewati tanjakan curam dan berkelok. Saat melewati rintangan itu, mesin WR-V terasa seperti membutuhkan momentum untuk mengail tenaga yang lebih besar.
Hal itu ditandai dengan naiknya putaran mesin, yang mengartikan kalau ia perlu tenaga lebih untuk melewati tanjakan curam. Saat mesin bermain di putaran yang lebih tinggi, raungan mesinnya juga menyusup ke dalam kabin, namun kebisingannya masih dalam taraf wajar.
Tapi jika kita melewati tanjakan curam dengan transmisi di posisi ‘S’, mesinnya langsung bekerja dengan lebih responsif, sehingga ia bisa melahap tanjakan dengan lebih mudah, tanpa memerlukan putaran mesin yang tinggi.
Responsifitas mesin WR-V juga terbukti saat ia melewati jalan lurus di rute luar kota. Tenaganya terasa tak pernah habis, dan ia bisa menjaga putaran mesinnya tetap rendah.
Di samping karena performa, hal lain yang membuat Honda WR-V jadi asyik dikendarai adalah karena handling-nya. Untuk sebuah Crossover, handling WR-V terhitung akurat, tidak terlalu limbung, dan ditunjang lagi dengan feedback setir yang cukup baik.
Di sisi lain, poin positif pada handling Honda WR-V ternyata mengorbankan nilai kenyamanannya. Ya, untuk soal bantingan suspensi, WR-V terasa lebih keras daripada pesaingnya, terutama pada suspensi belakangnya.
Selain soal bantingan suspensi, posisi mengemudi juga menjadi catatan kami berikutnya. Tidak adanya pengaturan setir teleskopik membuat kami jadi agak sulit untuk mendapatkan posisi mengemudi yang pas.
Sekalipun kita mendapatkan posisi mengemudi yang kita anggap sudah pas dengan postur tubuh kita, akan jadi terasa melelahkan saat kita berkendara jauh, yang memakan waktu perjalanan hingga berjam-jam.
Meski kekurangan Honda WR-V ini terdapat pada poin-poin yang cukup krusial, namun hal itu tak banyak mempengaruhi keasyikan rasa berkendaranya. Karena minusnya itu tak berpengaruh terhadap kekuatan terbesarnya, yakni performa.
Lantas untuk masalah bantingan suspensi, sebenarnya itu masih bisa dimaklumi. Lagipula, orang-orang yang lebih mementingkan handling serta rasa berkendara yang lebih sporti, mungkin tak akan memusingkan soal bantingan suspensi. (GO/Gie)