GARDUOTO – Ada sebagian pengendara atau modifikator melakukan hal yang tidak biasa memperlakukan busi. Dengan maksud untuk memaksimalkan kinerja mesin, baik performance ataupun durabilty mereka melakukan pemotongan elektroda ground pada busi.
Apakah ini akan menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya? Menurut Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia saat ditemui Garduoto.com, Sabtu (24/11) dikantor NGK Busi Indonesia dibilangan Ciracas Jakata Timur. Sebenarnya produsen busi sudah mengembangkan berbagai teknologi agar performanya berjalan dengan baik.
“Teknologi busi sangat dipengaruhi oleh efek quenching dimana bentuk elektroda dan fitur sangat mempengaruhi kinerja busi dalam menjalankan proses pengapian,” paparnya.
Lanjutnya, bentuk dari elektroda terkadang dapat menghalangi pertumbuhan inti api pada saat busi bekerja. Makanya banyak modifikator memotong elektroda ground untuk mempercepat proses penyebaran api.
Dengan adanya pemotongan elektroda maka akan ada pergeseran titik pengapian. Ini menyebabkan percikan listrik yang diterima juga akan mengalami pergeseran.
“Nah kalau sudah seperti ini maka yang terjadi adalah elektroda yang menerima percikan listrik tidak fokus dan menyebabkan keausan. Hingga pada kedua elektroda menjadi tidak merata,” ujar Diko.
Hal ini membuat potensi untuk terjadinya penumpukan karbon menjadi lebih cepat. Imbasnya adalah potensi umur pakai busi menjadi tidak bisa diprediksi kerusakannya.
Selain itu busi standar adalah berbahan nickel yang artinya akan lebih cepat terjadi keausan dibandingkan dengan bahan logam mulia.
“Kalau di NGK Busi untuk bahan logam mulia disarankan untuk memakai busi G-Power atau Iridium IX. Karena bahannya lebih tahan lama,” tutup Diko.[Go/Res]