GARDUOTO – Toyota Indonesia bersama Yayasan Toyota dan Astra (YTA), menggalang kerjasama dengan sejumlah SMK untuk membuka Kelas Budaya Industri.
Keberadaan kelas ini, diharapkan mampu menyelaraskan praktek pengajaran di SMK dengan cara merasa, berpikir, bekerja dan kinerja dunia industri. Sehingga para lulusan SMK bisa mudah terserap dengan baik untuk bisa segera bekerja khususnya di industri otomotif.
“Sejalan dengan semangat Toyota Berbagi dan visi Toyota Indonesia, untuk senantiasa berkontribusi terhadap pendidikan nasional, kami berharap Program Kelas Budaya Industri ini dapat turut meningkatkan mutu keterampilan dan kemampuan para siswa SMK di bidang industri. Selain akan meningkatkan angka penyerapan kerja untuk kebutuhan tenaga terampil di industri otomotif bagi para lulusan SMK, program ini juga merupakan inisiatif Toyota Indonesia menyikapi tantangan di dunia ketenagakerjaan Indonesia saat ini sehingga kami berharap bisa diikuti oleh para pelaku industri otomotif lainnya,” ungkap Henry Tanoto, Wakil ketua Dewan Pembina YTA sekaligus Vice President Director PT Toyota-Astra Motor (TAM).
Peresmian Kelas Budaya Industri di SMKN I Purworejo, merupakan yang kedua setelah sebelumnya TAM, PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan YTA juga telah meresmikan program yang sama di SMK Tunas Bangsa, Pati, Jawa Tengah.
Direncanakan, program ini akan dikembangkan secara nasional. Namun untuk tahap awal, kerjasama baru dilakukan di 15 SMK di pulau Jawa.
“Tantangan Dunia Industri yang semakin kompetitif menuntut tersedianya SDM yang dapat beradaptasi dengan baik dalam aktifitas di lapangan kerja. Kami berusaha untuk mendukung geliat ekonomi Indonesia salah satunya melalui pembentukan kualifikasi tinggi lulusan vokasi melalui Kelas Budaya Industri dimana praktik-praktik di dalam industri diperkenalkan sejak dini,” ujar Andang Tjahjono, Presiden Direktur TMMIN,.
Kehadiran Program Kelas Budaya Industri Toyota Indonesia, dilatari keinginan untuk makin memperkaya keterampilan generasi muda, khususnya lulusan SMK agar mereka mudah terserap dengan baik di dunia usaha.
Melalui keberadaan kelas-kelas budaya industri di SMK, karakater dan budaya para siswa akan lebih terasah dan tidak semata mengandalkan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Meski sistem pengajaran di sebagian besar SMK (terutama di pulau Jawa), sudah cukup memadai dalam membekali peserta didiknya dengan pengetahuan sebagai disiplin teoritis dan disiplin praktis, upaya penyelarasan akan lebih difokuskan pada aspek pengajaran yang masih dirasakan lemah, yaitu kemampuan sekolah membekali peserta didiknya dengan pengetahuan sebagai disiplin produktif, yang diukur dengan kriteria kecakapan kerja.
Kecakapan kerja dalam hal ini bukan semata dan bukan terutama masalah ketrampilan atau kompetensi teknis tertentu, melainkan lebih ke mentalitas bekerja yang sistematis, efisien dan efektif yang harus diakui membutuhkan waktu lebih lama.
“Dengan telah terbentuknya mentalitas semacam itu maka mereka akan lebih siap pakai atau sudah jauh lebih siap untuk diisi dengan fundamental skills lainnya ataupun ketrampilan teknis tertentu yang spesifik dengan jenis pekerjaan yang akan mereka tangani di dunia industri, baik lewat pelatihan di tempat kerja (on-the-job training) maupun pelatihan khusus,” Kata Henry.
Wawasan Budaya Industri dan Teknologi Otomotif Terkini
Penanaman mentalitas kelas budaya industri akan dilakukan dengan mengintegrasikan secara konsisten wawasan budaya industri yang meliputi prinsip-prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), Keselamatan Kerja (Duga-Bahaya), Kerjasama Kelompok, Orientasi pada kualitas proses dan hasil kerja, ‘Kaizen’ (perbaikan/penyempurnaan secara terus menerus), dan pemecahan masalah secara sistematis.
Pembelajaran yang akan diselenggarakan menggunakan kurikulum resmi kelas Budaya Industri yang merupakan perpaduan kurikulum nasional yang berlaku saat ini dan muatan budaya industri. Kelas Budaya Industri dapat diterapkan di berbagai jurusan yang ada di sekolah.
Sebagai program perdana, Toyota Indonesia melalui YTA akan melakukan uji coba kepada 15 SMK yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemilihan ini berdasarkan komitmen yang ditunjukkan oleh para SMK tersebut dalam peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah masing-masing. Uji coba Kelas Budaya Industri akan dilakukan dalam 2 tahun ajaran, mulai tahun ajaran 2018/2019 di kelas XI dan mulai tahun ajaran 2019/2020 seterusnya di kelas XII.
Kurikulum dan wawasan budaya industri akan diajarkan langsung oleh 68 guru-guru dari 15 SMK yang sudah dilatih YTA secara intensif dalam kurun waktu Januari-Juni 2018. Hal pertama yang dilakukan adalah pelatihan dasar-dasar 5R, dasar-dasar Sistem Produksi Toyota dan keselamatan kerja untuk seluruh kepala sekolah serta jajaran guru-guru untuk kemudian disosialisasikan kepada siswa-siswi mereka.
Evaluasi akan dilakukan secara berkala oleh Tim Evaluasi YTA untuk mengukur efektivitas pembelajaran terutama pembelajaran muatan budaya industri dalam menghasilkan perubahan perilaku siswa yang menjadi tolak ukur.
“Kami berharap program ini berhasil dalam uji coba sehingga pelaksanaannya akan menghasilkan lulusan SMK yang berkompeten dan berkualitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan tenaga terampil dalam industri otomotif yang terus berkembang,” beber Darwaman Widjaja, Direktur TAM.
Selain budaya industri, YTA juga memberikan pelatihan beberapa kompetensi spesifik tambahan untuk guru-guru SMK, khususnya guru-guru produktif jurusan Teknik Kendaraan-bermotor Ringan (TKR) atau jurusan Otomotif. Kompetensi itu terkait dengan teknologi otomotif mutakhir Toyota, termasuk pemahaman proses kerja mesin hybrid.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memutakhirkan pengetahuan guru-guru, mengenai teknologi otomotif terkni sehingga guru-guru itu bisa menularkan pengetahuan tersebut kepada murid-muridnya.
Selain SMKN Purworejo dan SMK Tunas Harapan, uji coba Program Kelas Budaya Industri juga akan dilakukan di SMK Aryasatya Teknologi, Patikraja, Banyumas, SMK Bunda Satria, Wangon, Banyumas, SMKN1 Luragung, Kuningan, SMKN 1 Madiun, SMKN 1 Jambu, Ambarawa, SMKN 2 Salatiga, SMK NU Bandar, Batang, SMK Muhammadiyah, Rembang, SMK PGRI 2 Ponorogo, SMK PN2 Purworejo, SMK YKP Magetan, SMK Yosonegoro Magetan dan SMK Teknologi Manufaktur Indonesia, Kuningan.
“Pada akhir masa uji-coba kami harapkan program ini sudah akan bisa menemukan bentuknya yang terbaik dan yang paling efektif yang kemudian akan dibakukan serta ditawarkan untuk diterapkan di sekolah menengah kejuruan lain yang berminat dan bersedia menerapkannya,” tutup Mintarjo Darmali Ketua YTA.