GARDUOTO – Kemarin, terjadi kecelakaan yang cukup mengejutkan. Ada 17 unit mobil yang mengalami kecelakaan beruntun di ruas Tol Cipularang KM 92 arah Jakarta.
Kecelakaan beruntun ini terjadi karena ada sebuah truk dari bahu jalan sisi kanan yang gagal mengurangi kecepatan dan menabrak beberapa mobil di depannya yang berhenti.
Parahnya lagi, truk yang menyebabkan kecelakaan beruntun itu sebenarnya dalam kondisi yang tidak layak jalan karena mengalami rem blong, dan mengangkut bawaan yang melebihi kapasitas.
Sebelum ramai kecelakaan akibat truk yang terjadi kemarin, dalam waktu sebulan terakhir, ada beberapa kasus serupa yang terjadi. Seperti misalkan truk yang melindas bocah di Teluk Naga, Tangerang, dan truk ugal-ugalan yang menabrak sejumlah pengendara di Cipondoh, Tangerang.
Pastinya, ada hal yang menjadi biang keladi dari banyaknya insiden kecelakaan di jalan akibat truk belakangan ini. Dalam konteks ini, kompetensi sopir truk jadi sorotan.
Dari sudut pandang pakar, sopir truk di Indonesia banyak yang tidak memiliki kompetensi dasar. Mereka mengemudi hanya karena sebatas punya surat izin mengemudi (SIM), dan ilmu mengemudinya didapat secara turun-temurun.
“Karena SIM di Indonesia itu time base, sekian tahun SIM A bisa ke SIM B, bukan kompetensi base. Pengemudi di Indonesia syaratnya satu punya SIM,” terang Erreza Hardian, Instruktur, Assesor LSP EMI, dan bidang Road Safety IMI Pusat, saat dihubungi Selasa (12/11/2024).
Reza juga menjelaskan, penerapan kompetensi base untuk sopir truk adalah hal yang penting agar para pengemudi bisa lebih mengendalikan kendaraannya yang lebih rumit ketimbang mobil penumpang.
“Kenapa (harus kompetensi base), karena jalanan dan kendaraannya udah tersedia dengan segala potensi bahayanya, nggak bisa kita kendalikan. Jadi pengendalian hanya dari sisi orang, yaitu pengemudi, pengguna jalan, sistem manajemen dan user serta pemilik barang,” tambah Reza.
Dari penjelasan yang dijabarkan, Reza tak membantah kalau banyak sopir truk di Indonesia yang tidak kompeten. Ditambah lagi dengan minimnya sekolah mengemudi truk di Indonesia, membuat kompetensi sopir truk di Indonesia akan sulit untuk lebih maju. (GO/Gie)