GARDUOTO – Gagasan Membangun Peradaban Otomotif Nasional muncul setelah insiden penggilasan mobil pada acara Deklarasi Solo sebagai Kota Otomotif. Gagasan ini mengedepankan rasa saling menghargai antar komunitas, berpikir kreatif untuk kemajuan otomotif Indonesia.
Penggagas ide Membangun Peradaban Otomotif Nasional ini adalah Iwan Hidayat. Pria yang akrab disapa Kang Soe ini adalah salah satu peggagas petisi penolakan Acara Pelindasan Mobil yang ramai dibicarakan beberapa hari yang lalu. Garduoto.com Jumat pagi (23/03) berhasil mewawancarai di kediamannya kawasan Permata Pamulang Tangerang Selatan.
Setelah petisi penolakan Acara Pelindasan Mobil kemarin, apa langkah selanjutnya dari Peugeot 504 Comunity dan para Ketua Umum lain yang terlibat dalam petisi tersebut?
Bagi Peugeot 504, perjuangan untuk melakukan protes sudah cukup. Kami berterimakasih sekali kepada Para Ketua Umum Club dan Komunitas, Forum-forum Otomotif dan para Club dan Komunitas yg ikut serta solidaritas dalam anti penggilasan mobil sebagai tontonan.
Memang momentum ini ternyata mendapat dukungan besar dari banyak pihak. Ada ratusan individu maupun ketua umum yang menginginkan untuk ada deklarasi secara terbuka. Bahkan ada yang ingin ada deklarasi tiap kota.
Mereka menyadari bahwa kegiatan itu masih sering dilakukan sekedar untuk hiburan, tanpa melihat visi edukasinya. Ini menjelaskan bahwa perjuangan menolak acara pelindasan mobil pasti berlanjut, baik ada kami atau tidak. Kami sendiri menyadari jika tidak ada peran kawan-kawan komunitas lain, kami bukanlah siapa-siapa.
Apa pengganti acara penggilasan mobil jika itu ditolak?
Banyak event otomotif yang telah menyadari bukan untuk sekedar hura-hura. Namun justru mengarah pada kegiatan yang edukatif dan membangun persaudaraan. Acara donor darah, pengobatan gratis, dan even-even edukasi banyak banget.
Jika memang memaksakan ada atraksi menggunakan mobil offroad, bisa dipakai Rock Crawling. Itu sudah lazim, beberapa orang bahkan menyebut itu olahraga otomotif. Jadi positif bukan? Ini dunia kan tambah maju, jangan kolot berpikir.
Ada sebuah kalimat yang anda telorkan, dan menurut kami itu menarik, yakni Peradaban Otomotif, apa maksud anda?
Nah, ini penting untuk jadi wacana bersama. Otomotif dan kendaraan tak bisa dari bagian dari kehidupan kita. Sehari-hari kita akan berkutat dalam proses mobilitas fisik. Dan kita banyak dibantu dengan kendaraan kita. Lalu apakah kita akan semena-mena berkendara, berkomunitas, dan terlibat dalam berotomotif dengan cara kita sendiri? Tentu tidak.
Kita berkendara pada satu aspal. Satu jalan yang tiap orang punya hak melaluinya. Artinya, kita secara normatif juga menghargai harus kendaraan, komunitas, atau orang lain. Maka perlu dibuat konsep besar bagaimana secara moral berotomotif, itulah yang saya sebut Membangun Peradaban Otomotif Nasional.
Apa saja yang menjadi klausul dari statemen itu?
Setidaknya ada 4 (empat) variabel yang melingkupinya. Pertama adalah penegakkan hukum, bagaimanapun kita membutuhkan aturan yang jelas dan tegas. Kepastian hukum, perlakuan hukum yang adil dan rancangan hukum yang bijaksana adalah pada intinya untuk melindungi masyatakat otomotif
Kedua, bertautan dengan kata beradab, yakni berhubungan dengan budaya, tradisi, kepercayaan atau kebiasaan. Ketika peradaban dimulai maka seharusnya kebiadaban atau tindakan barbar itu masih berlangsung.
Banyak yang bisa kita lihat, begitu banyak komunikasi yang sarkas di jalan-jalan, kebiasaan mengemudi yang ugal-ugalan, atau bahkan kegiatan otomotif tapi menjajah hak orang lain. Banyak contoh kebiasaan berotomotif kita masih pada level tak beradab.
Ketiga, adalah upaya konsisten dari semua dan bahkan pemerintah untuk menentukan cara yang tepat untuk mengatur mobilitas secara tepat. Seharusnya ada ukuran yang signifikan mengenai jumlah panjang jalan dan jumlah pengendara, disinilah perlu kajian cermat mengenai itu.
Patokkan kemakmuran bukan pada kemampuan seberapa banyak orang mampu beli kendaraan, namun seberapa kota atau wilayah mampu melindungi atau menjamin kenyaman tiap orang berkendara. Dan ini bagian kecil masyarakat dan pemerintah membuat konsensus yang tepat. Hal ini juga memuat bagaimana aturan main secara moral kita berkomunitas dan bermasyarakat, bagaimana kita menfaatkan medsos misalnya dan metode ekonomi dalam otomotif.
Keempat adalah teknologi, bagaimana kemampuan masyarakat dalam mengeksplorasi teknologi sekarang dan masa mendatang. Bagaimana membangun proses kreatif tiap insan yang memiliki potensi. Hal inilah yang juga utama.
Otomotif kita banyak didominasi oleh kekuatan luar negeri, kapan kita mandiri? Kapan kita mampu memulai menghargai kretifitas pemuda, nah.. Jika Pak Jokowi bilang revolusi mental, saatnya pemerintah menyadari begitu cepat kita berubah, namun perubahan apa yg harus kita capai, hal inilah yang perlu kita rumuskan. [Go/Oji]