GARDUOTO – Saat masuk ke Indonesia pada awal tahun ini, BYD langsung memboyong tiga model sekaligus. Salah satunya adalah Dolphin, yang berjenis Hatchback, sekaligus yang menjadi produk termurah mereka saat ini.
Dolphin boleh saja menjadi produk termurah BYD di Indonesia saat ini. Tapi apa yang dimilikinya, jauh dari kata murahan. Sebaliknya, ia justru memiliki banyak hal canggih layaknya EV modern pada umumnya.
Meski demikian, tidak semua hal yang dimiliki BYD Dolphin terasa impresif. Masih ada hal darinya yang ternyata tak sesuai seperti apa yang kami bayangkan sebelum kami mengenalnya lebih dalam.
Desain Eksterior Dinamis
Inilah salah satu hal yang menurut kami layak disebut sebagai kelebihan dari BYD Dolphin. Ya, Jika dibandingkan dengan pesaing sekelasnya, desain eksterior Dolphin ini tampak sebagai yang paling dinamis.
Itu karena desain bodinya memiliki guratan desain yang kalem namun dinamis. Ditunjang lagi dengan format kelir two tone pada bodinya, membuat tampilan luar Hatchback EV asal China ini jadi kian menarik.
Bukan cuma karena faktor desain dan pemilihan warna, pemakaian ban berprofil 205/50 R17 dengan pelek palang lima yang juga punya motif nan dinamis pun, juga turut mendongkrak daya tariknya dari segi tampilan luar.
Detail lain di eksterior yang juga patut diberi kredit positif adalah bagian buritannya, yang tampak memiliki unsur sporti berkat kaca belakangnya yang agak landai, serta lampu belakang dan reflektornya yang tak terlalu tebal.
Desain Interior Juga Menarik
Masuk ke kabinnya, spontan kita langsung akan dibuat terkesan oleh desainnya yang tak kalah menarik dari eksteriornya. Desain interior BYD Dolphin terbilang cukup minimalis karena tidak banyak lekukan tajam.
Imbas dari konsep minimalis yang diusung pada desain interior BYD Dolphin adalah hadrinya cukup banyak kompartemen terbuka di kabinnya, yang pastinya menambah nilai kepraktisannya.
Demi mendapat lebih banyak kompartemen terbuka dan memaksimalkan konsep minimalis, tuas persenelingnya pun diletakkan sejajar dengan tombol-tombol pengaturan kendaraan. Makanya, pengoperasian tuas persenelingnya, dilakukan dengan cara diputar dan di tekan untuk masuk ke P.
Lantas untuk material kabinnya juga tak perlu dipertanyakan lagi. Hampir semua bagian di kabin Dolphin sudah memakai material empuk. Jok dan setir yang dibalut kulit pun berhasil menambah kenyamanan mengemudi.
Kabin Tak Selega yang Dibayangkan
Tadi kami sebutkan di awal, masih ada hal dari BYD Dolphin yang ternyata tak sesuai seperti apa yang kami bayangkan sebelum kami mengenalnya lebih dalam. Di sinilah letak dari poin yang kami maksud itu.
Dilihat dari luar, BYD Dolphin memang tampak besar. Hal itu tentunya menimbulkan dugaan bahwa mobil listrik berjenis Medium Hatchback ini punya kelegaan kabin yang mumpuni.
Sayangnya, kenyataannya tidak demikian. Saat kami duduk di balik kursi pengemudi yang posisinya sudah kami sesuaikan dengan postur tubuh kami yang setinggi 175 cm, kami hanya mendapatkan legroom sebanyak tiga jari.
Headroom pun juga tak istimewa, hanya sebanyak lima jari. Untungnya, adanya panoramic roof mampu memberikan sugesti kepada penumpang belakang bahwa headroom yang didapat sedikit lebih lega dari yang sebenarnya.
Bagasinya pun juga demikian, volumenya tidak terlalu luas. Tapi jika butuh ruang bagasi yang lebih besar, bangku belakangnya bisa dilipat rata lantai dengan format pelipatan 60:40.
Rasa Berkendara
Terlahir sebagai sebuah Medium Hatchback EV yang punya proporsi bodi yang cukup ideal, bikin kami berekspektasi kalau BYD Dolphin bisa menyuguhkan rasa berkendara yang menyenangkan.
Syukur, apa yang kami ekspektasikan sesuai dengan apa yang kami dapat. Dolphin punya rasa berkendara yang menyenangkan. Bukan hanya karena performanya, tapi juga karena handling-nya yang cukup akurat.
Menyoal performanya, dari blade battery andalan BYD, Dolphin varian Dynamic yang kami gunakan ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 201 dk dan torsi 310 Nm. Tenaga dan torsi tersebut disalurkan ke roda depan.
Walau punya tenaga dan torsi yang besar, namun karakter performa Dolphin terasa beda dengan mobil listrik pada umumnya. Jika kebanyakan mobil listrik sudah bisa langsung memuntahkan tenaga besar secara instan sejak awal berjalan, Dolphin tidak demikian.
Saat dijalankan, BYD Dolphin menyalurkan tenaganya secara halus dan linear. Tapi ketika kita menginjak pedal gas lebih dalam, maka ia langsung memuntahkan tenaganya dengan kuat.
Lalu untuk bantingan suspensinya, tergolong agak kaku. Tapi di sisi lain, hal inilah yang membuatnya jadi punya handling yang cukup akurat, dan nyaris tanpa gejala limbung saat diajak bermanuver.
Beralih membahas jarak tempuhnya, saat baterai dalam kondisi terisi setengah, yakni 52%, BYD Dolphin Dynamic bisa mencapai jarak tempuh sejauh 255 km. Artinya, dalam kondisi baterai penuh, jarak tempuhnya bisa mencapai 500 km, atau sesuai dengan klaim pabrikan.
Kesimpulan
Sewaktu pertama kali kami mengenal BYD Dolphin, kami punya firasat bahwa mobil ini punya banyak hal menarik. Firasat kami tersebut terbukti benar setelah kami mengetes mobil ini, namun tetap ada catatannya.
Sejak awal, kami memang sudah tertarik dengan desain eksterior BYD Dolphin yang tampak dinamis, tapi tetap memiliki unsur sporti. Begitu juga dengan desain interiornya yang tak kalah menarik dari eksteriornya.
Performa dan handling dari BYD Dolphin pun juga layak diacungi jempol. Tenaganya besar, handling-nya akurat, dan konsumsi baterai yang irit pun juga menjadi kelebihan lain yang dimilikinya.
Hanya saja, tak bisa dipungkiri bahwa untuk soal akomodasi, Dolphin tidaklah istimewa. Pun demikian dengan bantingan suspensinya yang tergolong agak kaku. Walau sebenarnya kita sadar, karakter bantingan suspensi seperti itulah yang membuat handling-nya jadi positif.
Andai saja BYD Dolphin punya kabin yang lebih lega, dan bantingan suspensi yang lebih empuk, maka mobil ini akan semakin mendekati kata sempurna sebagai sebuah Medium Hatchback EV yang berharga Rp 400 jutaan. (GO/Gie)