GARDUOTO – Di era elektrifikasi kendaraan sekarang ini, banyak brand mobil yang mengeluarkan produk electric vehicle (EV), tidak terkecuali Mercedes-Benz. Salah satu produk EV yang dihadirkan oleh Mercedes-Benz adalah EQE. Secara dimensi dan profil, EQE sangat mirip dengan CLS. Karena keduanya memiliki panjang yang hampir sama, dan sama-sama bermodel sedan coupe empat pintu.
Mobil sedan coupe empat pintu seperti Mercedes-Benz CLS, memiliki headroom belakang yang tidak selega sedan seperti E-Class. Itu dikarenakan sedan coupe empat pintu memiliki desain atap belakang yang menukik, sehingga mengorbankan legroom menjadi lebih rendah.
Namun pada Mercedes-Benz EQE, masalah headroom yang terbatas itu tidak ditemukan. Ditambah lagi dengan kelebihan lain yang mirip CLS, membuat EQE jadi mobil EV premium
dengan racikan yang pas.
Eksterior Sarat Nuansa Sporti
Sewajarnya mobil sedan coupe empat pintu, Mercedes-Benz EQE memiliki desain eksterior yang sporti. Sudut yang paling menyiratkan nuansa sporti pada EQE ada di bagian sampingnya yang memiliki cukup banyak garis tajam.
Sama halnya seperti Mercedes-Benz CLS, EQE juga menganut pintu frameless yang sedikit memberikan kesan lebih mahal sekaligus sedikit mendongkrak aura sportinya. Pemakaian
pelek berukuran 20 inci pun juga melengkapi kesan sporti serta membuat tongkroangan EQE jadi tampak proporsional.
Meski lebih mengedepankan nilai sporti pada eksteriornya, namun Mercedes-Benz tetap menjunjung tinggi bahasa desain khas EV mereka. Bahasa desain khas EV Mercedes-Benz
yang ada di eksterior EQE, bisa dilihat pada fascia depannya yang memakai gril besar yang tertutup, dengan headlamp yang berbentuk lonjong.
Sementara di belakang, lampu belakang dan reflektornya dibuat menyambung. Mengingat EQE adalah sebuah EV, maka pastinya tidak ada knalpot di buritannya. Gantinya, bagian bawah bumper yang biasanya dijadikan lubang knalpot, ditutup dan diberikan aksen grom berbentuk garis vertikal.
Interior Futuristis
Berbeda dengan eksteriornya yang lebih kuat akan unsur sporti, interior Mercedes-Benz EQE justru sangat futuristis. Desain interiornya yang sangat futuristis mampu ‘menghipnotis’ dan mengundang decak kagum siapapun. Makanya, saat sudah berada di kabinnya, kita bisa lupa begitu saja dengan desain eksterior EQE yang atraktif.
Aura futuristis pada kabin EQE tentu muncul berkat desain dasbornya yang minimalis, dan dipenuhi memiliki dua layar besar berupa head unit dan instrument cluster. Lalu saat di malam hari, saat ambient light-nya menyala dengan terang, membuat kita serasa seperti berada di kabin sebuah mobil yang datang dari masa depan.
Kendati memiliki desain yang futuristis, namun dasbor EQE masih memiliki panel hitam yang menjalar hingga ke konsol tengah. Walau pemilihan panelnya terasa kurang pas untuk kabin EQE, namun berkat desain dasbornya yang futuristis, maka hal tersebut terasa jadi tak terlalu mengganggu.
Sedangkan untuk kualitas material interiornya secara keseluruhan juga tak usah dipertanyakan lagi. Selain dipenuhi dengan material empuk berkualitas tinggi, ada cukup
banyak pula panel seperti aluminium dengan sentuhan akhir yang terbilang sempurna.
Kabin Lega
Punya dimensi dan wheelbase yang panjang, pastinya membuat kabin EQE jadi lega. Saat kami duduk di belakang bangku pengemudi yang sudah kami sesuaikan dengan posisi
mengemudi ideal kami yang berpostur 175 cm, kami masih mendapatkan legroom yang sangat lapang, dan headroom yang lumayan lega.
Duduk di bangku belakang Mercedes-Benz EQE juga tambah menyenangkan karena ia memiliki kemiringan bangku yang rebah, dan pengaturan AC belakang yang sudah dual zone, semakin memanjakan penumpangnya.
Hanya saja, tidak terdapat tirai untuk penumpang belakang. Sehingga bagi mereka yang menginginkan privasi atau tak ingin terlihat dari luar, mungkin akan sedikit kecewa akan hal ini.
Tidak hanya kabinnya saja, bagasi EQE pun juga memiliki volume yang luas karena dibuat memanjang ke belakang. Luasnya bagasi EQE cukup mengejutkan kami karena awalnya,
kami sempat memgira kalau volume bagasinya tidak luas, yang dikarenakan oleh ‘buntut’ mobil yang pendek.
Rasa Berkendara
Terus terang, sejak awal, kami menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap rasa berkendara EQE. Setelah menjajalnya, ternyata mobil listrik Mercedes-Benz ini mampu membayar
penuh ekspektasi kami yang tinggi itu.
Begitu duduk di balik kemudinya saja, kesan sporti langsung kami rasakan berkat posisi mengemudinya yang agak rendah. Meski begitu, visibilitas ke depan tetap luas. Tak mau berlama-lama, kami pun langsung menjalankannya.
Sebelum menceritakan soal rasa berkendaranya, kita bahas dulu soal teknisnya. Mercedes-Benz EQE menggunakan baterai yang terletak pada dek bawah kendaraan yang berkapasitas 90 kWh, yang mampu memuntahkan tenaga sebesar 292 dk dan torsi 565 Nm.
Di tarikan bawah, keluaran tenaganya terasa biasa saja. Di satu sisi, hal ini justru memberi keuntungan saat kita membawanya berjalan di kondisi lalu lintas yang macetatau stop and go. Tapi saat kita sudah mencapai kecepatan menengah ke atas, tenaga yang keluar seakan tak ada habisnya.
EQE memliki empat mode berkendara, yakni Eco, Comfort, Sport, dan Individual. Di mode Eco dan Comfort, respons tenaganya tidak terlalu berbeda. Tapi di mode Sport, akselerasinya langsung jadi lebih sigap, setir jadi lebih berat, dan muncul suara gemuruh knalpot yang berasal dari audio artificial.
Sedangkan di mode Individual, kita bisa mengatur sendiri respons tenaga dan steering menjadi seperti yang kita mau. Pengaturannya pun tidak sulit, hanya dilakukan lewat head unit melalui sentuhan jari.
Uniknya, saat kita berpindah mode berkendara, kemampuan jarak tempuh mobil tetap sama. Ini berbeda dengan kebanyakan mobil listrik dari pabrikan Asia, yang langsung
mengoreksi kemampuan jarak tempuhnya saat kita pindahkan mode berkendaranya.
Masalah jarak tempuh, Mercedes-Benz mengklaim kalau EQE mampu berjalan sejauh 673 km dalam kondisi baterai penuh. Tapi yang kami dapatkan, saat mobil dalam kondisi baterai penuh, jarak tempuh maksimalnya hanya 602 km. Meski berbeda dari klaimnya, namun kami masih bisa menerima itu, sebab 602 km bukanlah jarak yang pendek.
Lantas untuk masalah kenyamanan, Mercedes-Benz EQE memiliki bantingan suspensi yang mirip dengan C-Class W206, yang punya karakter lembut, namun tidak mengorbankan
kestabilan mobil saat bermanuver.
Overall, rasa berkendara Mercedes-Benz EQE benar-benar menyenangkan, ia kencang, nyaman, dan punya handling yang presisi. Tapi satu hal yang cukup mengganggu dari
berkendara dengan EV Mercedes-Benz ini ialah visibilitas ke belakangnya yang kurang luas, yang merupakan imbas dari atap belakangnya yang menukik, sehingga membuat kaca belakangnya jadi agak sempit.
Kesimpulan
Langkah PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) untuk mulai menjajaki dunia kendaraan listrik lewat EQE bukanlah sebuah keputusan yang keliru. Pasalnya lewat EQE, Mercedes-Benz mampu membuktikan bahwa mereka mampu menghadirkan sebuah EV premium lengkap dengan racikan yang pas.
Mulai dari desain eksterior yang sporti, desain interior yang futuristis layaknya mobil dari masa depan, jarak tempuh yang jauh, tenaga yang kuat, nyaman, hingga punya handling yang presisi.
Perihal harga tentu tidak murah. Mercedes-Benz EQE hanya dijual dalam satu varian, yakni EQE 350+ Electric Art Line yang dibanderol seharga Rp 2.215 miliar off the road, atau jika dikonversikan ke dalam on the road, harganya mendekati Rp 2.5 miliar.
Buat mereka yang sanggup mengeluarkan uang sebanyak itu untuk mendapatkan sebuah Mercedes-Benz EQE, kami rasa mereka tak akan menyesal. Karena EQE mampu memberikan banyak hal yang tidak dimiliki oleh EV premium lainnya. (GO/Gie)