GARDUOTO – Pada Juni lalu, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) melakukan sebuah gebrakan yang cukup berani dengan menghadirkan Ertiga hybrid. Ada dua varian Ertiga hybrid yang dihadirkan oleh Suzuki, yakni GX dan Suzuki Sport.
Hadirnya Suzuki Ertiga hybrid waktu itu berhasil menarik perhatian khalayak publik, karena mobil inilah yang menjadi pionir di kelas Low MPV yang mengusung teknologi hybrid.
Tak cuma sebatas menjadi pionir, Suzuki juga menghadirkan empat pilihan varian Ertiga hybrid, dengan harga tertingginya yang tak sampai Rp 300 juta.
Hal ini tentu membuatnya berhasil mendapat sambutan yang positif dari masyarakat, khususnya mereka yang ingin memiliki mobil elektrifikasi dengan harga yang terjangkau.
Teknologi hybrid yang diusung oleh Suzuki Ertiga adalah mild hybrid, yang oleh Suzuki dinamai dengan Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS). Teknologi ini dibuat untuk sistem penggerak mesin dan telah dilengkapi dengan Integrated Starter Generator (ISG).
Ia jadi pengganti alternator konvensional, sehingga mampu memberikan dukungan tenaga pada mesin. Teknologi SHVS menggunakan lithium ion battery 6 ampere bertegangan 12 volt. Fungsinya menyimpan tenaga yang dihasilkan oleh ISG, dan kemudian bakal digunakan ketika mesin membutuhkan dukungan tenaga.
Dengan adanya teknologi tersebut, tentunya ada perbedaan antara Suzuki Ertiga hybrid dengan yang biasa dalam hal performa dan konsumsi BBM. Tapi pertanyaan intinya, seberapa signifikan perbedaan kedua poin tersebut?.
Pembeda di Eksterior Sangat Minim
Meski fokus utamanya adalah pencangkokan teknologi hybrid, namun Suzuki juga tetap memberikan sedikit sentuhan pada eksterior Ertiga hybrid, agar ia mudah dibedakan dengan Ertiga standar. Tapi, detail pembeda di eksterior Ertiga hybrid ini sangat minim.
Unit test Ertiga hybrid yang kami pakai adalah varian GX. Pada varian ini, ia kedapatan gril baru berlapis krom dengan tampilan ala 3D. Selain itu, ada emblem ‘Hybrid’ di bagian kanan bawah pintu bagasi.
Masih di area pintu bagasi, lis pembuka bagasinya juga dibuat sewarna bodi, tidak lagi dilapis krom. Tapi, lis krom tersebut pindah ke bagian atas pintu bagasi, itupun tidak terlalu mencolok.
Itu saja hal-hal yang menjadi pembeda antara Suzuki Ertiga hybrid GX dengan yang standar pada eksteriornya. Selebihnya, ia benar-benar sama persis dengan Suzuki Ertiga GX standar.
Interior Juga Hampir Tak Ada Bedanya
Sama halnya seperti di eksterior, interior Suzuki Ertiga hybrid GX juga memiliki perbedaan yang sangat minim dengan Ertiga GX standar. Bahkan jika tidak jeli, mungkin kita tidak akan menemukan bedanya.
Perbedaan detail di interiornya hanya sebatas terletak di warna latar belakang instrument cluster-nya yang berwarna biru. Sementara yang menjadi pembeda terbesarnya, ialah adanya baterai berukuran kompak yang diletakkan di bawah jok penumpang depan.
Tak ada lagi pembeda antara Suzuki Ertiga GX hybrid dan standar di interior yang bisa kami jabarkan. Karena hal lainnya seperti desain dan warna interior, keduanya benar-benar sama.
MID Punya Sembilan Mode
Fitur standar seperti Multi Information Display (MID) tentunya ada di Suzuki Ertiga hybrid GX. Tapi yang menarik, MID pada mobil ini memiliki sembilan mode informasi soal kendaraan.
Pada mode pertama, pengendara dapat melihat konsumsi bahan bakar instan, konsumsi bahan bakar rata-rata, dan rentang jarak pengendaraan. Pada mode kedua, akan tampil konsumsi bahan bakar instan dan konsumsi bahan bakar rata-rata per 5, 10 dan 15 menit terakhir.
Di mode ketiga, dapat melihat kecepatan rata-rata selama berkendara, kecepatan rata-rata per 5 dan 10 menit terakhir, dan total durasi mengemudi terakhir. Pada mode keempat, pengendara bisa mengetahui berapa lama total waktu berhenti dalam kondisi engine stop dan berapa total bahan bakar yang dihemat selama engine stop tersebut.
Lalu di mode kelima, terdapat tampilan jam dan tanggal yang mudah dibaca. Pada mode keenam, Suzuki melengkapi informasi pergerakan kendaraan secara aktual dari posisi imaginal pusat gravitasi yang dapat dimanfaatkan untuk memantau gaya mengemudi.
Di mode ketujuh, akan ditampilkan grafik visual dari torsi dan daya yang dihasilkan mesin saat dioperasikan. Pada mode kedelapan, terlihat grafik akselerasi dan deselerasi selama berkendara.
Terakhir, yakni mode kesembilan, aliran energi yang disalurkan ke roda maupun disimpan ke dalam baterai Lithium-ion dapat terlihat dengan jelas, selain itu pengendara juga bisa mengetahui berapa kapasitas daya listrik yang tersimpan pada baterai.
Jika pengendara memilih untuk lebih fokus berkendara tanpa membaca informasi-informasi tersebut. Selain kesembilan mode informasi tersebut, layar MID juga dapat diatur agar menjadi kosong tanpa tampilan informasi.
Rasa Berkendara dan Konsumsi BBM Lebih Baik
Iniah salah satu sorotan utama pada Suzuki Ertiga hybrid. Berbekal teknologi mild hybrid, tak mengherankan kalau Ertiga hybrid memiliki performa yang berbeda dengan Ertiga standar.
Beda performa tersebut akan terasa saat motor listriknya bekerja menyalurkan tenaga. Saat motor listriknya bekerja, tarikan mobil jadi lebih enteng, dan kinerja mesin pun seolah terasa samar. Namun apabila kita sudah mencapai kecepatan di atas 60 km/jam, motor listriknya berhenti bekerja, dan tenaga sepenuhnya disalurkan oleh mesin.
Ketika tenaganya hanya tersalurkan dari mesinnya, sama sekali tidak ada perbedaan rasa berkendara antara Ertiga hybrid dengan Ertiga standar. Itu karena keduanya memakai mesin, transmisi, konstruksi kaki-kaki yang sama.
Suzuki Ertiga hybrid dilengkapi dengan auto start stop engine, yang akan secara otomatis mematikan mesin saat mobil berhenti. Saat mesin mati, baterai melakukan pengisian daya, dan jantung pacunya akan kembali menyala saat kita melepas rem.
Di samping bantuan auto start stop engine, baterai Ertiga hybrid juga bisa melakukan pengisian daya saat kita melakukan engine brake, karena mobil ini juga sudah dilengkapi dengan regenerative brake.
Kinerja sistem hybrid yang seperti itu, ternyata berhasil membuat konsumsi BBM Ertiga hybrid jadi lebih irit ketimbang yang standar. Saat kami mengujinya di rute dalam kota dengan menggunakan bahan bakar beroktan 92, Ertiga hybrid mampu mencetak konsumsi BBM di angka 1:13.2 km/liter.
Walau terbukti bisa bikin konsumsi BBM Suzuki Ertiga hybrid jadi lebih irit, namun kinerja sistem hybrid-nya masih memiliki catatan berupa dayanya yang relatif cepat berkurang. Hal ini tentu berpengaruh terhadap penyaluran tenaga motor listriknya yang jadi agak terbatas.
Sebenarnya kami bisa memaklumi hal itu, mengingat kapasitas baterai Suzuki Ertiga hybrid yang ringkas. Tapi seandainya Suzuki bisa memaksimalkan kinerja baterainya itu, pastinya motor listriknya bisa lebih sering menyalurkan tenaga, dan pada akhirnya membuat konsumsi BBM Ertiga hybrid jadi semakin irit.
Kesmipulan
Ditanamkannya teknologi mild hybrid pada Ertiga, sepertinya membuat Suzuki jadi berhasil meraih banyak hal yang lebih baik. Entah itu soal rasa berkendara, kehematan BBM, hingga harganya.
Rasa berkendara Suzuki Ertiga hybrid jadi terasa lebih menyenangkan saat motor listriknya bekerja. Sebab pada saat itu, performa dan tarikannya terasa lebih kuat, yang disebabkan oleh penyaluran tenaganya yang instan.
Meski harus diakui, kalau motor listriknya tidak bisa menyalurkan tenaga secara sering atau terus menerus karena ia tak bekerja di kecepatan tinggi, dan terbatas oleh daya baterainya yang relatif cepat berkurang. Tapi yang terpenting di balik itu, konsumsi BBM Ertiga hybrid lebih irit dari Ertiga standar.
Terakhir yang tak boleh dilupakan adalah harga. Saat ini, Suzuki Ertiga hybrid GX dibanderol seharga Rp 281.3 juta on the road DKI Jakarta. Dengan kepraktisan teknologi hybrid, efisiensi, kenyamanan, dan akomodasi mumpuni yang dimilikinya, maka dari segi harga, ia terasa menggiurkan, terlebih buat mereka yang ingin mengenal lebih dalam soal mobil hybrid.
Misalkan Suzuki Ertiga hybrid GX ini masih dirasa kurang dari segi tampilan dan fitur, masih ada pilihan varian Suzuki Sport, yang merupakan tipe tertingginya, yang harganya juga masih di bawah Rp 300 juta, yakni tepatnya senilai Rp 292.3 juta on the road DKI Jakarta. (GO/Gie)