GARDUOTO – Selain Mercedes-Benz GLB, coba sebutkan apa lagi SUV asal Jerman yang sudah dijual di Indonesia dengan harga sekitar Rp 1 miliar yang mempunyai konfigurasi tiga baris bangku?. Tidak ada, mungkin masih menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut.
Ya, sejak pertama kali hadir di Indonesia pada 2020 silam, Mercedes-Benz GLB langsung menjadi pelopor sekaligus pemain tunggal di kelas Compact Luxury SUV yang mempunyai konfigurasi tiga baris bangku.
Dua tahun berlalu, GLB masih belum mendapat lawan yang sepadan. Justru, pabrikan asal Korea Selatan dan Jepang lah yang mencoba menghadirkan SUV yang berkonfigurasi tiga baris bangku, namun memiliki bodi dan mesin yang lebih besar, tapi dijual di rentang harga yang berdekatan dengan GLB.
Meski mirip secara konfigurasi dan harga, namun SUV asal Asia tersebut tetap tidak bisa dijadikan lawan sepadan untuk GLB. Dengan kata lain, sampai hari ini GLB masih jadi pemain tunggal di kelasnya, dan kali ini, kita akan mengulik lebih dalam soal ‘Single Fighter’ ini.
Desain Khas SUV Mercy, Namun Kompak
Termasuk ke dalam kategori New Global Compact Car (NGCC) Mercedes-Benz, maka sudah barang tentu kalau GLB memiliki dimensi yang kompak. Meski demikian, desainnya tetap memiliki ciri khas SUV Mercedes-Benz yang cenderung mengotak dan maskulin.
Bahkan jika diperhatikan lebih seksama, Mercedes-Benz GLB ini bisa dibilang sebagai baby GLS. Sebab, ia memiliki fascia depan, terutama gril, yang mengotak dengan dua bilah garis tebal yang mirip seperti GLS.
Kemiripannya dengan Mercedes-Benz GLS juga berlanjut hingga ke bagian buritan, di mana ia memiliki garis desain yang mengotak dengan lampu belakang berbentuk persegi panjang yang agak pipih.
Sedangkan di bagian samping, Mercedes-Benz GLB memiliki karakternya sendiri dengan adanya sedikit tarikan garis ke atas pada kaca di baris ketiga. Selebihnya, bodi sampingnya tetap dominan dengan garis tegas yang membuat tampilan keseluruhannya tampak mengotak.
Interior Familiar
Siapapun yang pernah masuk ke dalam kabin NGCC Mercedes-Benz seperti A-Class, B-Class, dan All New GLA, pasti akan langsung merasa familiar saat masuk ke interior GLB. Sebab, desain interior mobil ini memang sama seperti saudara-saudaranya itu.
Mulai dari desain door trim, dasbor, hingga warna interior, semuanya sama seperti NGCC Mercedes-Benz lainnya. Sama seperti semua saudara sebasisnya, GLB juga belum dilengkapi dengan sunroof.
Masalah kualitas material interior juga tak perlu dibahas panjang lebar. Karena Mercedes-Benz GLB memiliki material interior berkualitas tinggi, dengan bahan kulit yang sangat dominan.
Akomodasi Mumpuni
Inilah poin utama yang ditonjolkan pada Mercedes-Benz GLB. Karena dengan bodi yang kompak, namun mobil rakitan Hungaria ini mempunyai tiga baris bangku yang bisa menampung hingga tujuh orang penumpang.
Namun sedikit catatan, untuk penumpang baris ketiga, disarankan hanya untuk orang dengan tinggi badan maksimal 169 cm. Bahkan, peringatan itu terpampang di bagian dalam pintu belakang sebelah kiri. Bangku baris ketiga GLB hanya bisa ditempati oleh dua orang penumpang, karena di bagian tengahnya terdapat cup holder.
Kalau bangku baris ketiganya tak digunakan, itu juga bisa dimanfaatkan untuk dijadikan bagasi, karena ia bisa dilipat rata lantai dan menghasilkan ruang kargo yang luas.
Sementara untuk bangku baris keduanya juga tak perlu diragukan lagi. Saat kami yang berpostur 175 cm duduk di belakang bangku pengemudi yang posisinya sudah disesuaikan dengan tinggi badan kami, masih menyisakan legroom sebanyak lebih dari lima jari, dan headroom pun juga terbilang melimpah.
Tapi yang agak kami sayangkan, untuk blower AC penumpang belakang, tidak dilengkapi dengan pengaturan yang terpisah dari depan. Artinya, suhu dan kekuatan hembusan angin AC untuk penumpang belakang, tergantung dengan yang diatur oleh penumpang depan.
Mesin Cukup Bertenaga
Bukan cuma di interior, sampai ke sektor teknis pun, GLB juga tak ubahnya dengan NGCC Mercedes-Benz lainnya. GLB juga memakai mesin kompak berkapasitas 1.332 cc empat silinder segaris yang mempunyai tenaga sebesar 163 dk di 5.500 rpm, dan torsi 250 Nm yang terhampar di putaran 1.620 – 4.000 rpm. Tenaga dan torsi tersebut disalurkan ke roda depan melalui transmisi otomatis tujuh percepatan berteknologi kopling ganda, dan disalurkan ke roda depan.
Sejatinya, mesin ini mempunyai tenaga yang lebih dari cukup untuk menghela mobil-mobil NGCC Mercedes-Benz, khususnya A-Class dan CLA. Namun pada GLB, performa mesinnya terasa tidak seresponsif A-Class dan CLA.
Hal ini sangat bisa kami maklumi mengingat GLB memounyai dimensi dan bobot yang lebih besar dan berat daripada A-Class dan CLA. Kendati demikian, performa dari GLB sendiri juga tidak mengecewakan.
Di putaran bawah, muntahan tenaganya memang terasa biasa saja, namun cukup untuk melajukan GLB secara halus. Lalu ketika mobil sudah mencapai kecepatan menengah, barulah terasa bahwa mesinnya mampu mengeluarkan tenaga dengan cukup responsif, yang dibarengi perpindahan gigi yang cepat lagi halus.
Di samping punya tenaga yang mumpuni, mesin andalan keluarga NGCC Mercedes-Benz ini juga sudah teruji kehematannya, dan nilai tersebut juga ditanamkan pada GLB. Bukan perkara yang sulit bagi SUV terkecil Mercedes-Benz ini untuk bisa meraih konsumsi BBM di angka 1:12 km/liter pada rute dalam kota.
Kenyamanan Bukan yang Teristimewa
Mercedes-Benz termasyhur akan kenyamanannya yang sulit ditandingi. Namun untuk GLB, kenyamanannya belum sampai pada level tersebut. Untuk sebuah Mercedes-Benz, bantingan GLB tergolong keras.
Kerasnya bantingan suspensi Mercedes-Benz GLB memang tidak sampai mengorbankan kenyamanan terlalu banyak. Tapi saat melewati polisi tidur, dan speed bump, terasa kalau peredaman guncangan dari suspensi GLB ini tergolong keras, dan hal itu lebih dirasakan oleh penumpang yang duduk di bangku baris kedua.
Kendati begitu, saat dibawa berjalan konstan, GLB tetap terasa stabil, dan minim body roll ketika dibawa bermanuver atau menikung. Itulah sisi positif yang didapat dari kerasnya settingan suspensinya.
Kesimpulan
Masih berjalan sendirian di kelasnya dan belum sekalipun mendapatkan penyegaran, tetap membuat Mercedes-Benz GLB menjadi mobil yang memiliki daya tarik tersendiri, meski masih ada beberapa kekurangan pada mobil ini.
Bantingan suspensinya yang keras, membuatnya kalah nyaman dengan SUV asal Korea Selatan dengan harga yang tak jauh beda, yakni Hyundai Palisade. Selain itu, desain interior yang sama seperti NGCC Mercedes-Benz lainnya mungkin juga sudah membuat sebagian orang bosan. Tapi di balik kekurangannya, Mercedes-Benz GLB memiliki akomodasi yang mumpuni, mesin yang cukup bertenaga, serta hemat BBM.
Saat ini, Mercedes-Benz GLB hanya ditawarkan dalam satu varian saja, yakni GLB 200 Progressive Line, dengan harga Rp 975 juta off the road. Berarti, dalam kondisi on the road, harga mobil ini adalah sekitar Rp 1.08 miliar.
Walau sudah menyentuh Rp 1 miliar, namun meminang Mercedes-Benz GLB bukanlah sebuah hal yang keliru. Karena selain mendapatkan kelebihan yang sudah disebutkan tadi,kita juga akan merasakan gengsi dan kebanggaan dari sebuah brand berlogo tiga sudut bintang ini jika kita membeli GLB. Poin itu tentu tak bisa didapat dan dibandingkan jika kita memilih mobil dari brand lain dengan harga yang setara GLB. (GO/Gie)