GARDUOTO – Stigma tentang mahalnya modal untuk menjalankan bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) memang masih terpatri di benak masyarakat sampai saat ini.
Terlebih lagi jika kita hendak menjalankan bisnis SPBU swasta asing. Namun, stigma seperti itu tak bertahan selamanya. Karena dengan modal yang cukup ‘miring’, kita sudah bisa menjalankan bisnis SPBU swasta asing, yakni Shell.
Karena dengan modal sebesar Rp 500 juta, kita sudah bisa mengelola SPBU dari perusahaan minyak asal Belanda itu. Namun perlu diingat, dengan modal setengah miliar tersebut, kita hanya menjadi retailer yang mengelola SPBU, bukan sebagai pemiliknya.
Untuk diketahui, jenis kemitraan di Shell terbagi dua, yakni dealer dan retailer. Jika kita ingin menjalankan bisnis SPBU Shell dengan modal Rp 500 juta, maka kita masuk ke dalam kemitraan retailer.
“Bedanya, kemitraan dealer ini tanahnya milik mitra, dibangun oleh mitra, tapi brand-nya Shell. Kau untuk yang retailer itu sendiri, tanahnya dan bangunan dibangun oleh Shell, BBM-nya juga sudah disediakan sama Shell, tetapi yang mengelola adalah Mitra,” jelas Veronica, Selection Retailer Consultant SPBU Shell, yang diwawancarai di pameran IFRA di JCC Senayan, Jumat (5/8/2022).
Wanita yang biasa disapa Ika ini menambahkan, modal awal sebesar Rp 500 juta untuk kemitraan retailer bisa didapatkan karena aset terbesarnya yang totalnya hampir 95% dari keseluruhan kebutuhan, sudah dibangun oleh Shell.
Lebih rinci, Ika menjelaskan bahwa modal Rp 500 juta yang dikeluarkan oleh mitranya akan digunakan untuk bank garansi, atau deposit dengan estimasi biaya Rp 230 juta. Pembelian stok bengkel dan convenience store senilai Rp 60 – 80 juta, dan dana operasional yang mencakup listrik, air, telekomunikasi, hingga gaji karyawan sebesar Rp 140 – Rp 190 juta.
“Untuk stok bengkel dan juga convenience store, tokonya udah ada, produknya belum ada. Jadi kita harus mengalokasikan dana dari Rp 500 juta itu sekian (Rp 60 – Rp 80 juta). Itu untuk beli stok oli dan produk-produk makanan,” lanjut Ika.