GARDUOTO – Pada awal Maret lalu, PT Eurokars Motor Indonesia (EMI) meluncurkan Mazda CX-5 GT. Ini bukanlah model facelift dari CX-5, melainkan varian terbaru dari mobil yang masuk ke dalam kelas Medium SUV ini.
Oleh sebab itu, secara keseluruhan Mazda CX-5 GT ini memiliki tampilan yang sama saja dengan model sebelumnya. Namun lain cerita ketika kita bicara soal mesin, karena di situlah perbedaan terbesarnya dengan model sebelumnya.
Secara kapasitas, memang masih sama seperti sebelumnya. Tapi Mazda menyematkan teknologi canggih pada mesin CX-5 GT, yang membuatnya bisa lebih efisien, dan memberikan sensasi berkendara yang berbeda.
Seperti apa sih sensasi berkendara yang diberikan oleh mesin baru yang diusung oleh CX-5 GT? Untuk mengetahuinya, silahkan baca artikel ini sampai habis.
Eksterior Sama, Detailnya Beda
Memang, desain eksterior Mazda CX-5 GT ini tak ada bedanya dengan model sebelumnya. Namun, ada beberapa detail baru yang membuat tampilan eksteriornya jadi tetap tampak elegan dan berkelas.
Di depan, bagian under garnish-nya dikelir dengan warna hitam. Lalu di samping, ubahannya hanya menyentuh pelek yang kini memakai motif baru dengan finishing polished, berukuran 19 inci.
Satu lagi ubahan detail kecil yang terdapat pada eksterior CX-5 GT adalah pada font merek dan namanya. Font yang digunakan kini lebih tegak. Meski hanya sebatas font, namun bagi kami hal itu cukup membantu mobil ini jadi tetap terlihat elegan dan berkelas.
Interior Juga Sama Saja
Sama halnya seperti di eksterior, interior CX-5 GT juga masih sama saja seperti sebelumnya. Tapi jika kita jeli, maka kita akan menemukan beberapa hal baru kabinnya.
Guna menambah kesenangan berkendara, Mazda memberikan paddel shit untuk CX-5 GT. Kemudian layar multimedia-nya kini berukuran delapan inci, alias naik satu inci dari sebelumnya.
Selebihnya, tidak ada sesuatu yang baru di interiornya. Tapi, beberapa fitur kunci yang sudah ada pada model sebelumnya, tetap dipertahankan pada di sini, seperti sunroof, instrument cluster full digital, hingga audio Bose dengan 10 buah speaker.
Akomodasinya Bukan yang Teristimewa
Sepertinya Mazda memang sengaja menciptakan CX-5 untuk lebih mengedepankan kesenangan pengemudi. Soalnya, akomodasi mobil ini bukanlah yang teristimewa di kelasnya.
Saat kami duduk di bangku belakangnya, kami mendapatkan legroom sebanyak empat jari. Itu adalah jarak legroom yang kami dapatkan dengan kondisi bangku pengemudi yang sudah kami sesuaikan dengan postur kami yang setinggi 176 cm.
Sandaran bangkunya juga tidak terlalu rebah, yang membuatnya jadi kurang memberikan rasa rileks. Meski akomodasi bangku belakangnya tak bisa dibilang istimewa, namun ada beberapa hal yang akhirnya dapat membuat kita jadi bisa melupakan kekurangannya itu.
Headroom-nya tergolong lega, dan tersedia pula ventilasi AC di balik konsol tengah. Walau memang, tingkat dingin dan kencangnya hembusan AC di belakang, masih tergantung dengan yang di depan.
Serta yang tak kalah penting, jika tak digunakan, bagian tengah bangkunya bisa diturunkan menjadi armrest, yang di situ terdapat dua buah cup holder. Meski tampak sederhana, namun hal itu cukup untuk menambah nilai kepraktisannya.
Mesinnya Punya Teknologi Baru
Inilah perbedaan terbesar antara Mazda CX-5 GT dengan varian terdahulunya. Dari segi kapasitas memang masih sama seperti sebelumnya, yakni sebesar 2.488 cc empat silinder naturally aspirated. Namun berkat pengaplikasian teknologi baru, alhasil besaran tenaga dan torsinya mengalami peningkatan.
Mesin SKYACTIV-G yang digunakannya mempunyai tenaga sebesar 194 dk, atau 4 dk lebih besar dari sebelumnya. Sedangkan torsinya, naik menjadi 258 Nm dari yang sebelumnya 251 Nm.
Kenaikan tenaga dan torsinya itu memang belum terasa di putaran bawah. Tapi ketika memasuki kecepatan menengah, baru terasa bahwa mesin ini mempunyai performa yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Semburan tenaganya terasa lebih kuat ketika kita sudah memasuki kecepatan menengah. Karena mesinnya tidak menggunakan turbo, maka penyaluran tenaganya pun terjadi secara rata dan halus.
Jantung pacu CX-5 GT disematkan dengan teknologi Cylinder Deactivation yang memungkinkan, dua dari empat silinder mesin bisa non-aktif dalam kondisi tertentu.
Misalnya ketika sedang melaju di kecepatan menengah dengan jalanan datar, silinder satu dan empat tidak disemprotkan BBM dan juga tidak ada api dari busi sehingga tidak terjadi pembakaran. Sementara ketika deselerasi, keempat silinder bisa non-aktif meski piston masih bergerak.
Efek yang sangat terasa dari kinerja Cylinder Deactivation tersebut adalah, saat kami berjalan konstan di kecepatan 20-30 km/jam, putaran mesinnya tak pernah menyentuh angka 2.000 rpm.
Di samping bisa menonaktifkan silinder, teknologi Cylinder Deactivation ini juga bisa menahan suplai tenaga saat sisa jarak tempuh mobil ini sudah kurang dari 100 km. Dalam kondisi tersebut, respons gas terasa lebih berat dan lambat, sehingga akselerasi mobil terasa seperti dihambat.
Jujur saja, kami suka dengan respons mesin yang seperti itu karena meski akselerasinya jadi lebih lambat, namun hal itu terasa efektif untuk membuat bahan bakar jadi tidak cepat habis. Saat bensin sudah diisi lagi, kinerjanya pun langsung kembali seperti semula.
Performa Tergantung Bahan Bakar
Nilai kompresi mesin Mazda CX-5 GT adalah sebesar 13:1. Tingginya nilai kompresi tersebut, sudah barang tentu membuat mobil ini jadi memerlukan bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi.
Selama melakukan pengetesan, kami sudah dua kali melakukan pengisian bahan bakar dengan dua nilai oktan yang berbeda, yakni RON 95 dan 98. Menariknya, beda penggunaan bahan bakar, beda pula performanya.
Dengan menggunakan bahan bakar RON 95, respons mesinnya terasa lebih agresif, hal itu sudah didapat sejak putaran bawah. Sedangkan dengan RON 98, mesinnya justru terasa lebih halus.
Kendati tidak seagresif seperti dengan RON 95, CX-5 GT tetap punya akselerasi yang instan saat diisi bahan bakar RON 98. Tanpa perlu menginjak gas dalam-dalam, mobil ini langsung bisa melesat dengan cepat tanpa ada jeda dari mesinnya.
Oleh sebab itu, penggunaan bahan bakar CX-5 GT bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita. Jika kita ingin mendapatkan sensasi yang agresif, maka pilihannya adalah menggunakan RON 95, dan kalau mau merasakan kehalusan berkendara, pakailah bahan bakar RON 98.
Jangan pikirkan soal konsumsi BBM-nya. Karena baik dengan menggunakan RON 95 ataupun 98, Mazda CX-5 GT tetap menghasilkan konsumsi BBM yang sama saja.
Handling-nya Tetap Menyenangkan
Rasanya kita tak perlu berpanjang-lebar lagi untuk membahas soal handling CX-5 GT. Karena mobil ini memang dikenal sebagai salah satu yang terbaik dalam soal handling.
Handling mobil ini terasa menyenangkan dan presisi karena ia memiliki bobot setir yang pas, dan feedback yang didapat dari ban juga terbilang sempurna. Poin ini saja sudah cukup untuk membuatnya jadi mudah dan menyenangkan untuk dibawa bermanuver.
Suspensi CX-5 GT memang lebih condong ke arah kaku. Di sisi lain, hal itulah yang membuatnya jadi tidak memiliki gejala limbung saat dibawa bermanuver. Selain karena faktor suspensi, kestabilan CX-5 GT juga tercipta dari G-Vectoring Control (GVC).
GVC adalah sebuah sistem yang berkoordinasi demi membuat mobil tetap dalam kendali yang baik serta aman saat menikung dan melakukan manuver lainnya.
Kesimpulan
Langkah Mazda untuk menyematkan teknogi baru pada mesin CX-5 sama sekali bukanlah hal yang keliru. Sebab dengan teknologi baru yang diusungnya, Mesin CX-5 jadi kian bertenaga, cerdas, dan tetap hemat BBM.
Meningkatnya performa CX-5 juga diimbangi dengan handling yang presisi dan menyenangkan. Perpaduan dua aspek tersebut praktis membuat CX-5 tetap menjadi mobil yang paling fun to drive di kelasnya.
Soal tampilan eksterior dan interior, memang tidak banyak yang berubah. Namun mengingat Mazda CX-5 GT adalah sebuah Medium SUV yang lebih berorientasi kepada kesenangan berkendara dan performa, maka sepertinya orang-orang tidak akan mempermasalahkan soal tampilannya yang masih minim ubahan. (GO/Gie)