GARDUOTO – Honda PCX 160 secara resmi mengaspal di Indonesia pada awal Februari lalu. Motor ini dihadirkan sebagai suksesor dari All New PCX 150, yang pertama kali hadir di Indonesia pada akhir 2017 silam.
Kami sempat melakukan first ride Honda PCX 160 saat motor ini baru diluncurkan. Tapi, saat itu pengetesannya hanya dilakukan di area yang terbatas dan waktu yang sebentar.
Namun, baru-baru ini kami melakukan test ride Honda PCX 160, sehingga kami bisa mengeksplor dan menguji banyak hal pada big skutik Honda ini, terutama soal performa dari mesin barunya.
Tak usah berpanjang-lebar lagi, langsung saja kami jabarkan hasil review kami tentang Honda PCX 160 untuk Anda. Selamat membaca.
Desain
Secara garis besar, desain bodi PCX 160 ini masih sangat mirip dengan All New PCX 150. Meski begitu, tidaklah sulit untuk menemukan hal baru membedakan antara PCX 160 dengan pendahulunya.
Bagian headlamp PCX 160 kini sepenuhnya menyatu membentuk pola huruf ‘U’. Tidak lagi terdapat sekat yang memisahkan antara headlamp dan DRL serta lampu seinnya.
Lampu belakang pun juga ikut mendapat ubahan, kini bentuknya semakin tajam, serta kedapatan sentuhan smoke pada mikanya. Semua hal itu membuat PCX 160 jadi tidak hanya tampak sporti, tapi juga lebih elegan jika dilihat dari belakang.
Satu lagi hal baru yang ada pada PCX 160 adalah peleknya. Kalau sebelumnya peleknya memiliki motif seperti baling-baling, sekarang PCX memakai pelek yang bercabang dengan warna hitam.
Fitur
Beberapa fitur kunci yang sudah ada pada All New PCX 150 tetap dipertahankan pada PCX 160, seperti misalnya keyless starter, answer back system, dan Idling Stop System.
Di samping fitur-fitur kunci tersebut, Honda juga menambahkan slot USB pada PCX 160, sehingga kita dapat mengisi daya baterai kita di perjalanan. Slot USB ini terletak di laci depan, persis di bawah setang kiri.
Instrument cluster juga turut mendapat ubahan. Sekarang layar tengah instrument cluster PCX dibuat menjadi lebih kecil, namun informasi yang disajikan tetap lengkap, mulai dari jam, speedometer, konsumsi BBM rata-rata, odometer, serta trip A dan trip B.
Riding Position
Soal riding position, bisa dibilang PCX 160 punya ergonomi yang baik. Pasalnya, posisi setangnya tidak terlalu jauh dari badan, dan lebarnya pun juga pas, serta joknya juga suportif.
Joknya terasa suportif karena ia lebar, dan busanya juga empuk. Di samping itu, bagian tengah joknya juga dibuat agak tinggi, sehingga mampu menopang badan dengan baik saat melakukan manuver.
Tinggi jok Honda PCX 160 adalah 764 mm, dan ground clearence-nya 134 mm. Makanya, meski joknya lebar, tapi bagi kami yang punya postur di atas 170 cm, kaki kami tetap bisa menapak sempurna ke tanah, sekalipun kami memakai celana yang agak ketat.
Ketika mengendarai PCX, kita punya dua pilihan posisi kaki, bisa ditekuk, atau selonjor. Sayangnya, jika kita ingin menyelonjorkan kaki, maka kaki kita tidak tertopang sempurna oleh foot rest-nya.
Itu dikarenakan posisi foot rest-nya diletakkan agak maju, yang membuat kaki jadi masih sedikit menekuk. Selain itu, foot rest-nya juga tidak terlalu lebar, alhasil, kaki kami yang memakai sepatu berukuran 44 ini jadi masih terbuang keluar hampir setengahnya.
Awalnya, riding dengan posisi kaki yang seperti itu memang terasa agak canggung. Tapi lama kelamaan, hal tersebut terasa jadi biasa saja, bahkan tidak memberikan efek pegal atau capek.
Mesin dan Performa
Inilah hal utama yang membuat banyak orang jadi penasaran dengan PCX 160. Ya, dengan kapasitas mesin sebesar 160 cc, artinya PCX mengalami kenaikan performa dari sebelumnya, sekaligus juga menjadikannya sebagai motor dengan kapasitas mesin terbesar di kelasnya.
Mesin 160 cc yang dimiliki oleh PCX mampu menyemburkan tenaga sebesar 15.8 dk di 8.500 rpm, dan torsi 6.500 rpm. Mesin ini mempunyai karakter square yang artinya, saluran tenaganya rata dari putaran bawah hingga atas.
Kendati begitu, kami mendapatkan catatan bahwa saat dibawa berjalan di kondisi jalan yang macet, di mana kami hanya bisa berjalan dengan kecepatan maksimal 20 km/jam, kami masih merasakan adanya vibrasi.
Tapi ketika kami berjalan konstan di kecepatan 40 km/jam atau lebih, vibrasi yang kami rasakan di kecepatan bawah jadi menghilang, dan PCX 160 melaju dengan mulus yang diiringi dengan tarikan yang ringan.
Konsumsi BBM
Biarpun mengalami kenaikan kubikasi dan performa, namun konsumsi PCX 160 tetap masuk dalam taraf irit. Setelah kami membawa motor ini di berbagai kondisi lalu lintas dengan gaya riding yang beragam, PCX 160 masih bisa mencatatkan konsumsi BBM di atas 40 km/liter.
Perlu diketahui, PCX 160 mempunyai kompresi yang tinggi, yakni 12:1. Dengan kata lain, motor ini perlu mengkonsumsi BBM beroktan tinggi, agar performa dan efisiensinya bisa maksimal.
Selama pengetesan, kami mengisi PCX 160 dengan bahan bakar beroktan 92 dan 95. Hasilnya, saat kami isi dengan BBM beroktan 95, respons mesinnya jadi lebih responsif dan sigap.
Itu bukan berarti bahwa dengan BBM beroktan 92, mesin PCX 160 jadi bermasalah. Tapi untuk performa mesin yang optimal, penggunaan bahan bakar beroktan 95 adalah pilihan yang sangat tepat.
Handling
Bukan cuma karena performa mesinnya yang mumpuni, mengendarai PCX 160 juga kian mengasyikkan karena motor ini punya handling yang akurat, dan mudah untuk dikendalikan.
Tidak ada keraguan bagi kami untuk melahap tikungan tajam dengan PCX 160. Karena saat dibawa menikung tajam, motor ini tetap terasa sangat stabil tanpa adanya gejala slip pada ban.
Kestabilan baik yang dihasilkan PCX 160 saat dibawa menikung tajam dihasilkan dari bobot motor yang tidak berat, tapak ban yang lebar, serta kinerja suspensi yang mumpuni.
Bicara soal suspensi, di balik kinerjanya yang mampu menghasilkan kestabilan dan handling yang mumpuni, bagian ini sebenarnya juga merupakan kelemahan PCX 160.
Suspensi PCX 160 terasa kaku. Memang, saat dibawa cruising di jalan yang mulus, bantingan suspensinya terasa firm. Tapi saat kita melewati speed bump, atau jalan yang jelek dan berlubang, barulah terasa kakunya suspensi PCX 160.
Guncangan yang dihasilkan saat melewati speed bump dan jalan berlubang, bisa kita rasakan dengan jelas, terutama jika kita berkendara sendirian. Tapi saat kami membonceng penumpang yang berat badannya di atas 60 kg, kinerja suspensinya jadi lebih nyaman, walau memang perbedaannya tidak sampai sangat signifikan.
Kesimpulan
Tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun, kami akui bahwa Honda PCX 160 memiliki banyak hal menarik yang membuatnya memang layak untuk ditunggu dan dipinang.
Selain punya mesin baru yang lebih bertenaga, PCX 160 juga mempunyai tampilan baru yang lebih elegan dan premium, serta fitur baru yang mendukung konektivitas ke gadget.
Handling PCX 160 juga presisi dan gesit, meski memang hal itu harus dibayar dengan bantingan suspensinya yang kaku. Rasa kaku bantingan PCX 160 lebih terasa saat kita mengemudikan motor ini sendirian.
Hal terakhir yang paling penting, meski mendapat ubahan dan pembaruan yang hampir meliputi seluruh bagian, namun PCX 160 hanya mengalami sedikit kenaikan harga dari All New PCX 150. Itulah yang membuat PCX 160 jadi punya value for money yang baik. (GO/Gie)