GARDUOTO – Tidak terasa Mercedes-Benz C-Class generasi keempat yang berkode bodi W205, sudah tujuh tahun menjalani kiprahnya di Indonesia.
Selama tujuh tahun, C-Class W205 hanya sekali mengalami facelift, yaitu pada akhir 2018. Meski hanya sekali mengalami facelift, tapi dalam waktu tujuh tahun, sedan terlaris Mercedes-Benz ini sudah cukup sering mengalami perubahan atau penambahan varian.
Perubahan varian terakhir yang dialami oleh C-Class W205 adalah pada awal 2021 lalu. Dua varian yang namanya diubah adalah C200 dan C300. Kedua varian tersebut kini memakai embel-embel Final Edition di belakang seri angka mereka.
Dari namanya saja, sudah bisa ditebak kalau ini adalah sentuhan terakhir yang diberikan oleh Mercedes-Benz untuk C-Class W205, karena model ini akan segera digantikan oleh penerusnya yang berkode bodi W206.
Sebelum C-Class W205 mengakhiri perjalanannya, tentu tak ada salahnya buat kita mencoba varian tertingginya, yaitu C300 Final Edition. Seperti apa rasa dan sensasi yang diberikan oleh C300 Final Edition? Berikut kami jabarkan hasil review-nya untuk Anda.
Eksterior
Secara desain eksterior, tentu tidak ada yang berubah dari Mercedes-Benz C300 Final Edition. Desainnya masih sama persis seperti saat pertama kali muncul pada 2014 silam.
Tapi untuk membuatnya tetap selalu muda, Mercedes-Benz memasangkan pelek milik Mercedes-AMG C43 ke C300 Final Edition. Pemasangan pelek ini praktis membuat tongkrongannya jadi semakin sporti.
Bukan hanya pelek, Mercedes-Benz juga menghadirkan pilihan warna baru yaitu Designo Hyacinth Red Metallic. Kombinasi antara pelek dan warna yang berani tidak hanya membuatnya jadi makin sporti, tapi juga menjadikannya sebagai pusat perhatian.
Selain pelek dan warna, tidak ada lagi hal yang baru di eksterior C300 Final Edition. Selebihnya masih sama seperti C300 AMG Line, yang menjadi basisnya sekaligus varian yang digantikannya.
Mesin
Sektor mesin ternyata tidak disentuh oleh Mercedes-Benz. Itu artinya, C300 Final Edition tetap dibekali mesin yang dipakai oleh C300 AMG Line, sehingga output-nya pun juga masih sama dengan pendahulunya itu.
Mesin yang digunakan mempunyai kapasitas 1.991 cc empat silinder segaris dengan turbocharged, yang mampu memuntahkan tenaga sebesar 258 dk di 5.800 – 6.100 rpm, dan torsi 370 Nm yang terdapat mulai dari 1.800 – 4.000 rpm. Tenaga dan torsi tersebut disalurkan ke roda belakang melalui transmisi otomatis sembilan percepatan 9G-TRONIC.
Saat dinyalakan, suara mesinnya memang terdengar agak bergemuruh, namun kami sangat bisa memaklumi hal itu. Karena pada konsepnya, C300 dibuat seolah mempunyai performa dan sensasi mesin yang setara dengan mobil bermesin 3.000 cc yang mempunyai suara mesin yang khas.
Interior
Sama halnya seperti di mesin, interior C300 Final Edition juga tak mendapat ubahan apa-apa. Namun, kami tidak mempermasalahkan itu, dan tidak menganggapnya sebagai poin minus karena desain interiornya masih sedap dipandang dan belum termakan zaman.
Interior C300 Final Edition didominasi dengan warna hitam. Bukan hanya untuk jok, dasbor, dan door trim, panel kayu yang ada pun juga berwarna hitam dengan finishing yang berkualitas tinggi.
Agar kabinnya terasa semakin elegan, terdapat pula sentuhan stainless di beberapa bagian. Bukan hanya menambah kesan elegan, perpaduan dominasi warna hitam dan bahan stainless juga membuat kabin C300 Final Edition ini jadi tampak serasi dan harmonis.
Selain kental akan aura elegan, interior varian tertinggi C-Class ini juga punya nilai sporti dan vintage. Nilai sportinya terpancar dari penggunaan setir flat bottom dengan bahan kulit. Sedangkan nilai vintage-nya berasal dari adanya jam analog yang terdapat di bagian tengah bawah dasbor.
Guna melengkapi segala kelebihan di interiornya, terdapat pula panoramic sliding sunroof yang tidak hanya menambah rasa mahal dan mewah, tapi juga dapat memberi kesan yang lebih lapang di kabinnya.
Akomodasi
Meskipun C300 Final Edition lebih menyasar konsumen yang suka menyetir sendiri, namun tentunya Mercedes-Benz tetap mementingkan kenyamanan penumpang belakang.
Untuk memberi kenyamanan maksimal sekaligus memanjakan penumpang belakang, Mercedes-Benz melengkapi C300 Final Edition AC digital lengkap dengan pengaturan suhu dan kekuatan blower-nya di balik konsol tengah, serta tirai di kiri, kanan, dan belakang.
Pengaturan tirai di pintu kiri dan kanan masih dilakukan secara manual. Sedangkan untuk tirai di kaca belakang, pengaturannya dilakukan secara elektrik. Untuk menaik-turunkan tirai kaca belakang, kita hanya perlu menekan tombol yang terletak di area pengaturan multimedia.
Di samping karena memiliki fitur yang dapat memanjakan dan memberi privasi lebih, kenyamanan penumpang belakang C300 Final Edition juga makin paripurna karena ia memiliki busa jok yang empuk dan nyaman, serta ruang kaki dan kepala yang mumpuni.
Sebagai penyempurna, di kabin C300 Final Edition juga ditanamkan audio dari Burnmesiter sebanyak 20 buah. Audio dari Burnmeister mempunyai suara yang jernih dan dentuman bass yang mantap.
Dengan kualitas audio seperti itu, tentunya membuat seluruh penghuni kabin C300 Final Edition merasakan hiburan yang berkelas, dan menjadikan perjalanan sejauh dan selama apapun menjadi tetap menyenangkan.
Performa dan Konsumsi BBM
Menyandang status sebagai varian C-Class tertinggi dan paling bertenaga, maka sudah sewajarnya C300 Final Edition mempunyai performa yang kencang dan sigap.
Kenyataannya pun memang seperti itu. Small Luxury Sedan kebanggaan Mercedes-Benz ini mempunyai tenaga yang seakan tak ada habisnya, yang membuatnya terasa sangat menyenangkan untuk dibawa berlari kencang, bahkan dalam mode Eco sekalipun.
Kendati masih bisa diajak berlari kencang, namun di mode Eco, respons gas terasa kurang direct, ada sedikit jeda yang terasa dari menginjak gas hingga mobil berjalan. Di mode ini, perpindahan gigi terjadi pada putaran mesin 2.100 rpm. Tapi saat dibawa berjalan konstan, putaran mesin tertingginya hanya di 2.000 rpm.
Pindah ke mode comfort yang menjadi mode default-nya, respons gasnya memang lebih direct ketimbang di mode Eco. Namun, muntahan tenaganya tidak jauh berbeda daripada di mode Eco. Di mode ini, perpindahan giginya berlangsung di putaran 2.300 rpm.
Geser ke mode Sport, di sini bobot setir menjadi lebih berat, respons gas lebih sensitif, transmisi bekerja dengan lebih cepat, dan aliran tenaganya pun terasa lebih spontan. Kencangnya aliran tenaga di mode sport membuat perpindahan giginya terjadi di putaran 3.000 rpm.
Lalu di mode Sport+, di sinilah C300 mengeluarkan kemampuannya yang sesungguhnya, yang mana hal tersebut membuat segalanya jadi terasa instan. Baik dari semburan tenaganya, respons gas, hingga perpindahan gigi, semuanya terjadi dengan sangat cepat dan instan.
Perlu diketahui bahwa pada mode Sport+, bobot setir jadi lebih berat lagi, dan respons gas pun sangat sensitif, dengan sedikit menginjak pedal gas saja, mobil akan langsung berlari dengan sangat gesit tanpa terasa adanya lag.
Oleh sebab itu, jika Anda ingin memacu C300 di mode Sport+, maka Anda harus bisa lebih bijaksana dan waspada saat mengendarainya. Karena jika Anda lalai dan terlena akan performanya yang kuat, maka celaka bisa menghampiri Anda.
Satu lagi mode berkendara yang terdapat pada C300 Final Edition adalah Individual. Di mode ini, kita bisa mengatur setelan mesin, suspensi, transmisi, dan setir yang sesuai dengan kemauan kita.
Memiliki performa yang kuat, nyatanya tak membuat C300 Final Edition ini jadi boros BBM. Dari hasil pengetesan kami, di rute dalam kota, mobil ini bisa mencatat konsumsi BBM di angka 10,2 km/liter. Itu adalah angka yang bagus untuk sebuah sedan eksekutif dengan tenaga yang besar.
Handling
Mengendarai C300 terasa menyenangkan bukan hanya karena ia memiliki performa yang kuat, tapi juga karena pesaing terdekat BMW 330i ini punya handling yang tajam dan presisi.
Dalam mode Comfort atau Eco sekalipun, C300 sudah memiliki bobot setir yang pas, yang membuat feedback dari jalan ke lingkar kemudi terasa natural, dan membuat mobil ini jadi sangat mudah dan menyenangkan untuk dibawa bermanuver.
Saat dibawa bermanuver, C300 mampu melahap tikungan dengan sangat baik sekalipun kita memacunya dengan kecepatan tinggi. Lalu untuk mengembalikannya ke jalur yang lurus, juga terasa sangat mudah berkat kinerja dan respons setirnya yang akurat.
Namun, handling C300 yang tajam dan presisi itu rupanya harus mengorbankan satu hal, yakni bantingan suspensinya yang tergolong kaku untuk ukuran sebuah Mercedes-Benz.
Hal ini dapat kami toleransi mengingat C300 adalah sebuah sedan yang punya unsur sporti, yang umumnya memang mengejar keasyikan berkendara dan ketajaman handling.
Kesimpulan
Meski hanya memberikan sedikit sentuhan baru pada C300, namun Mercedes-Benz tetap berhasil membuat tampilan eksterior C300 Final Edition tetap tampak sporti dan tak lekang oleh zaman.
Begitu juga dengan desain interiornya, tampilannya masih jauh dari kesan usang, dan kabinnya juga dipenuhi dengan material berkualitas tinggi. Bahkan, nuansa elegan dan berkelas masih sangat kuat terpancar di kabin C300 Final Edition.
Masalah performa pun juga tak perlu ditanyakan lagi. Mobil ini punya performa yang kuat, ditambah dengan handling yang presisi, membuatnya jadi menyenangkan untuk dikendarai.
Saran kami, jika Anda membeli C300 Final Edition, sebaiknya mobil ini jangan terlalu sering Anda diamkan di rumah, atau hanya dipakai pada saat-saat tertentu saja. Tapi, bawalah mobil ini ke tempat di mana Anda bisa mengeluarkan segala potensi dan kelebihan dari sedan seharga Rp 1.020 miliar (Off the road) ini.
Karena percayalah, tenaga besar dan ketajaman handling yang dimiliki C300 Final Edition, akan jadi sia-sia jika Anda jarang memaksimalkan segala kelebihannya itu. (GO/Gie)