GARDUOTO – Geliat pasar mobil listrik terus mengalami perkembangan yang cukup siknifikan di Indonesia. Berbagai pembahasan sering dilakukan yang bertujuan agar semuanya nanti bisa berjalan dengan baik.
Namun yang jadi persoalan adalah pasar Indonesia akan mendahulukan yang mana? Mobil Hybrid, PHEV atau langsung full listrik.
Menurut Dr. Ir. Riyanto, M.Si selaku Senior Researcher LPEM-FEB UI dalam Webinar Diskusi Virtual Industri Otomotif bersama Forwot, Kamis (26/11) semua ada pilihannya.
Mulai dari step by step atau loncat ke PHEV. Jadi ada dua tujuan. Kalau Cina itu pengen loncat langsung. Tidak dari Hybrid tapi lansung ke mobil listrik.
“Kalau di kita ada dua arus ada yang pengen ke PHEV langsung dan ada yang pakai hybrid kan itu masih ada emisi,” paparnya.
Kalau daya jangkaunya di hybrid dan penerimaan ekosistemnya bisa diterima kan emisi bisa tereduksi cepat dengan menerapkan hybrid. kalau baterainya lama juga gak ada marketnya dan marketnya kecil sebenarnya reduksi Co2 nya juga gak jadi banyak. Kalau dari step by stepnya.
Jadi ada dua arus yang masih ada tapi keputusan dari pemerintah kalau kita lihat regulasi perpres Pergub Kemendagri itu insentifnya semua diberikan pada baterai, kendaraan bermotor berbasis baterai.
Lanjutnya, jadi masih ke sana Hibrid sama plug in insentifnya hanya PPNBM. Jadi pemrintah mau loncat sebenarnya. Kalau kita lihat hanya PPNBM hybrid sebenarnya sudah kompetitif.
kelihatan hybrid akan berkembang juga, Untuk plug in hybrid memang naggung. Plug in itu kalau ekosistemnya lengkap dan kau ada dimana-mana orang nanggung kalau pakai hybrid karena pakai dua engine.
“Kalau nanti SPKLUnya ada dimana-mana gak perlunya saya pakai plug in. Ada engine sama baterainya. Lama plug in ini tidak berkembang mungkin hanya perantara untuk mencapai reduksi emisi yang lebih cepat simulasi di UI, ITB dan UNS misalnya atau universitas di Bali itu mmelakukan simulasi ternyata emisi plug in hyblrid juka dipakai di kota itu sudah mirip full baterai,” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa kalau dalam kotakan yang pembakarnya nggak berfungsi cuman di UI itu mengisi BBM selama simulasi itu BBM nya kepakai kecil banget, karena jarak tempuhnya pendek. Jadi semuanya digerakan baterai.
Jadi pemerintah nampaknya loncat karena langsung ke ke PHEV tapi manufakturnya menunggu ekosistemnya belum siap, nanti kalau diproduksi disini nanti investasinya bagaimana jadi sekarang wait and see.
Mereka menunggu biar regulasinya bergerak tetapi lebih aman menreka mengembangkan pada ekositem yang semuanya ada. hibrid ada, plug in hybrid ada, kemudian PHEV ada.
“Kalau dalam waktu ini, mungkin plih hybrid, plug in hybrid. Tapi dalam jangka panjang dia bisa pindah langsung ke PHEV,” tambahnya.[Go/RES]