GARDUOTO – Menjadi pebalap mungkin menjadi impian bagi sebagian anak muda di Indonesia. Karena memang pendukung untuk menjadi pebalap sudah banyak.
Memang beda dengan dibandingkan dengan 20 tahun lalu kalau mau jadi pebalap butuh biaya mahal.
Rifat Sungkar, pebalap reli yang juga brand ambassador Mitsubishi Motors di Indonesia menjelaskan pengalamannya tentang bagaimana menjadi seorang pebalap, terutama pebalap reli.
Rifat terlahir dari keluarga pebalap reli, sang ayah Helmy Sungkar dan ibu Ria Sungkar melegenda di ajang balap reli Indonesia.
Meski demikian jalan dirinya menjadi pebalap reli seperti sekarang ini terbilang tidak mudah.
“Orang tua saya memang punya akses ke balap reli, mobil balap punya, relasi juga banyak, tapi saya sendiri harus berusaha dari bawah dan harus berjuang sendiri. Buktinya saya pertama kali ikut balap gokart hanya diberi modal rangka saja. Untuk mesin, ban, dan lainnya saya harus beli sendiri. Itu kira-kira saat saya berumur 7 tahun,” tegas Rifat.
Rifat menambahkan bahwa dewasa ini beragam profesi yang dapat ditekuni, menjadi pebalap bukan lagi merupakan hal yang asing untuk orang di Indonesia. Menjadi pebalap tidak selalu membutuhkan biaya mahal dan khusus orang berstatus kaya.
Menurut Rifat, bila anak anda ingin menjadi pebalap maka anak dapat mulai disertakan pada balap gokart, karena gokart punya standar agar seseorang lancar mengendarai mobil balap lain seperti reli atau bahkan balap single seater.
Mulai Reli
Ajang reli sekarang sudah berbeda dengan era saat Rifat pertama kali menjadi pebalap. Kala itu Rifat baru bisa ikut balap gokart pada umur 14 tahun. Tapi sekarang usia 10 tahun sudah bisa mengikuti balap gokart.
Baru pada 1997 Rifat memulai perjalanan di ajang balap sport rally, di mana kemudian ia menjadi juara nasional 5 kali berturut-turut sampai tahun 2002.
Pria kelahiran 1978 ini juga mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang pereli bisa dimulai dari bawah dan sejak usia dini. Pasalnya sekarang ini dengan tinggi badan yang sudah mencukupi syarat, maka sudah bisa ikut balap reli.
Selain itu, mendapatkan izin dari orangtua juga penting, karena pada usia dini pasti belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi), walaupun baik reli dan sprit rally berada di Kawasan tertutup and tidak melibatkan jalan umum.
Menurut Rifat sekarang ini sudah ada banyak fasilitas yang menunjang, seperti mobil-mobil yang bertransmisi otomatis, sehingga tidak perlu belajar transmisi manual.
Untuk menjadi pebalap reli, bisa dimulai dari gokart sejak dini. Karena reli sendiri sudah ada kelas yang standar yang diadakan untuk menjaga regenerasi di dunia balap reli.
“Dari gokart bisa lompat ke reli. Kalau reli, tidak perlu pakai mobil 4WD. Di reli itu paling enak mulainya di kelas F1, yaitu sedan 1.500 cc yang mobilya bisa diupgrade dari mobil-mobil bekas balap ISSOM. Karena di ISSOM itu tiap 3 atau 5 tahun sekali itu mobilnya ganti, ada 20 mobil selesai karena ganti muka, ganti model,” tambahnya.
Berpartisipasi di ajang balap reli F1 bisa menggunakan mobil bekas balap ISSOM karena spesifikasi mesin, girboks dan ganyak komponen lainnya sudah sama, sehingga bisa menggunakan mobil balap dengan harga murah yang kompetitif. “Modal awal yang perlu dikeluarkan untuk mobil Rp150 juta – Rp200 juta.”
Dalam proses menjadi pebalap tentu harus ada target. Rifat pun membeberkan kalau seorang pebalap juga harus berpacu dengan umur dan menjaga agar jangan sampai terjadi penurunan prestasi di tahun berikutnya. Karena jika sudah mencapai usia 30 tahun untuk bisa kompetitif di ajang balap apapun jenisnya akan sulit.
Selain itu Rifat juga menyatakan sikap disiplin dan menghargai peralatan balap milik sendiri adalah hal yang sangat penting.