GARDUOTO – Perjalanan konvoi atau touring menggunakan mobil merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Pasalnya dilakukan secara bersama-sama.
Namun terkadang masih banyak pelaku konvoi kurang paham mengenai aturan, bahkan ada beberapa anggota yang melanggar sehingga dapat mengganggu pengguna jalan lain.
Hal ini mendapatkan tanggapan dari Rifat Sungkar selaku Brand Ambassador Mitsubishi Motors di Indonesia untuk berbagi tips bagaimana melakukan konvoi dengan aman dan nyaman.
Sebagai pereli nasional dirinya membagi ilmu tentang konvoi agar tetap aman di jalan. “Paling penting ada formasi dan dipimpin oleh road captain atau mobil yang berada di paling depan. Biasa disebut juga dengan lead car,” tegasnya.
Lanjut Rifat, Road captain ini harus bisa mengatur semua mobil yang berada dalam rombongan, dan harus paling mengerti lokasi, rute dan escape plan. Road captain itu juga tidak boleh punya kebiasaan untuk speed up dan speed down. Artinya road captain harus selalu mengatur mobil dalam kecepatan konstan.
Selain itu kecepatan mobil harus konstan karena dengan panjangnya konvoi progressive speed akan terjadi di belakang. Hal ini yang paling bahaya dalam rombongan konvoi.
“Jadi di dalam konvoi itu, rombongan yang paling belakang akan berkendara dalam kecepatan yang lebih dari mobil di depannya. Untuk itu road captain harus selalu berkendara dalam kecepatan konstan,” terang Rifat di Banyuwangi beberapa waktu lalu.
Rifat juga menambahkan dalam satu rombongan konvoi itu, satu road captain maksimal hanya bisa mengawal 10 mobil, paling maksimal adalah 12 mobil. Selain itu, mobil yang berada dalam rombongan konvoi juga harus memiliki pengetahuan berkendara yang baik.
Jadi dalam rombongan konvoi itu setiap mobil tidak boleh berada dalam satu garis lurus, melainkan harus satu ke kanan dan satu ke kiri. Paling tidak setengah bodi mobil ke kanan, kemudian di belakangnya setengah bodi ke kiri.
Kenapa begitu? Karena dalam konvoi itu akan terjadi progressive speed dan imbasnya adalah jarak pengereman setiap mobil akan berbeda-beda.
“Jadi kalau rombongan berjalan tidak dalam satu garis lurus, maka ketika terjadi pengereman mendadak masing-masing masih bisa melakukan manuver ke kanan dan ke kiri,” jelas Rifat.
Berikutnya adalah sweeper di bagian belakang, yang tugasnya juga penting karena harus mengetahui tentang escape plan. Di mana escape plan ini adalah rute alternatif ketika terjadi sesuatu di jalan.
Tapi menurut Rifat dari semua ini, yang paling penting adalah radio komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan mobil yang berada dalam rombongan.
Patut dipahami jika sekarang ini masyarakat Indonesia sangat sensitif dengan rombongan konvoi di jalan. Oleh karena itu, Rifat mengatakan tidak ada alasan dalam konvoi ini menggunakan pengawalan atau menggunakan lampu strobo yang ingin selalu didahulukan.
“Pengawalan itu hanya untuk rombongan VIP saja, untuk komunitas atau masyarakat umum seharusnya tidak ada yang namanya pengawalan,” tegasnya.
Kalau mau sebagai penanda jika mobil dalam rombongan konvoi sebaiknya hanya menyalakan lampu besar saja di seluruh mobil peserta konvoi. Rifat sangat menolak keras jika ada yang menggunakan lampu hazard dalam rombongan konvoi ini.
Terakhir adalah untuk kecepatan maksimal dalam rombongan konvoi, yaitu tidak boleh melebihi 80 km/jam untuk di jalan tol. Sementara di jalan raya paling ideal adalah 40 sampai 50 km/jam.
Jarak antar mobil juga perlu diperhatikan, karena menurut Rifat dalam konvoi tetap harus memperhatikan jarak antar mobil sesuai aturan yaitu 3 detik. Karena ini adalah teori safety driving dan jarak aman antara mobil adalah 3 detik.
Kalau konvoi terputus berarti menjadi tanggung jawab road captain. Di mana seharusnya road captain ini tidak boleh berhenti seenaknya saat ada rombongan yang terputus.
“Road captain itu seharusnya paham kondisi saat rombongan terputus, karena ketika mobil di depan berhenti seenaknya untuk menunggu mobil yang terputus akan mengganggu pengguna jalan lainnya.”
Selain itu putusnya konvoi ini akan menghambat waktu sehingga road captain harus paham dengan checkpoint berikutnya. Jadi menurut Rifat tidak ada yang saling menunggu di pinggir jalan.
“Kalau rombongan tidak terlalu panjang mungkin masih bisa menunggu sambil berjalan pelan. Tapi jika rombongan konvoi cukup panjang, sebaiknya ya langsung bertemu di checkpoint berikutnya saja,” tutupnya.[Go/Res]