GARDUOTO – Perilaku over dimension and overload (ODOL) sampai saat ini masih menghantui para pengguna jalan. Walaupun pihak kepolisian kerap melakukan razia dan tindakan, namun para pelaku tidak juga sadar.
Jangan karena hanya mengejar keuntungan sehingga mengesampingkan keamanan di jalan raya. Bukan hanya pelaku ODOL namun juga berimbas ke kendaraan lain.
Seperti kecelakaan besar di Tol Cipularang 2 September 2019 yang melibatkan sekitar 20 kendaraan. Selain dua truk pengangkut tanah yang diduga jadi pemicu kecelakaan, kendaraan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan truk ODOL turut jadi korban dan dirugikan.
Truk ODOL memang meminimalisir biaya operasional karena angkutan yang seharusnya diangkut 3 kali bisa diangkut hanya sekali, atau yang seharusnya 5 kali bisa diangkut 3 kali. Namun, dibalik semua itu ada konsekuensi yang harus ditanggung.
Dan berikut adalah potensi berbahaya dari prilaku ODOL yang berpotensi kecelakaan :
1. Memperbesar blind spot
Area blind sport adalah area buta bagi pengemudi sekaligus area berbahaya bagi pengendara lain. Karena pengemudi tidak bisa melihat kendaraan lain.
Makin panjang dan lebar dimensi kendaraan, atau makin gendut muatan melebihi bak, makin besar pula area buta kendaraan. Secara otomatis hal ini menimbulkan potensi bahaya yang lebih besar karena pengemudi bisa saja tidak menyadari kendaraannya menyerempet kendaraan lain.
2. Ruang gerak terbatas
Dengan dimensi berlebih dan muatan tinggi atau gendut, pergerakan truk ODOL makin terbatas sehingga hanya di lokasi-lokasi lapang saja yang bisa dilalui. Bahkan untuk mengisi BBM terkadang tidak bisa dilakukan di setiap SPBU karena bodi kendaraan yang terlalu panjang atau lebar.
3. Bagian depan mudah terangkat
Penambahan dimensi panjang bak ke belakang di bagian overhang atau muatan berlebih di bak belakang membuat potensi ban depan terangkat makin besar. Bahkan tidak hanya bannya saja, tapi juga kepala truk juga terangkat. Terutama jika melewati jalanan menanjak. Risiko berikutnya kemungkinan besar muatan bakal tumpah lalu bagian depan mobil terbanting keras.
4. Pengereman tidak maksimal
Beban yang berlebih menuntut rem bekerja lebih keras dan makin panas. Efeknya, pengereman lebih panjang dan yang terburuk sistem pengereman mengalami kegagalan alias blong saat melintasi turunan. Ini pula yang diduga menyebabkan dua truk pengangkut tanah gagal mengerem dan memicu kecelakaan besar di Tol Cipularang, 2 September 2019.
5. Miring dan terbalik saat menikung
Muatan yang turut bergerak karena terlalu tinggi atau terlalu gendut turut meningkatkan gaya sentrifugal saat mobil melaju kencang di jalanan menikung. Akibatnya mobil terangkat oleh bebannya sendiri dan terbalik ke luar. Begitu pula saat mobil berjalan pelan, muatan bisa memperbesar gaya sentripetal yang berakibat sama, mobil terangkat dan terbalik ke dalam.
6. Tidak kuat menanjak
Tidak kuat menanjak merupakan potensi bahaya truk ODOL yang kerap terjadi. Saat beban terlalu berat, kemiringan tanjakan terlalu tajam dan tenaga kendaraan tidak kuat menanggung beban, truk akhirnya mogok karena tidak kuat menanjak. Masih mendingan jika hanya mogok, kalau sampai bagian depan terangkat dan muatan tumpah bisa sangat merugikan. Begitu pula jika sampai kendaraan meluncur ke belakang, akibatnya bisa saja mencelakakan pengguna jalan lain di belakang.
7. Kendaraan rusak di tengah jalan
Paling sering ditemui yaitu sasis bengkok atau patah karena berat muatan jauh melebihi daya angkut maksimal sasis. Belum lagi kalau terjadi ban meletus dan yang lain.
Bila terjadi kecelakaan maka bukan hanya pihak perusahaan yang akan mengalamai kerugian tapi juga pengemudi dan kendaraan lain yang tidak ada hubungannya bisa kehilangan nyawa di jalan raya.[Go/Res]