GARDUOTO – Dalam Konvensi Nasional Humas yang ke-20, secara resmi dirumuskan strategi untuk membangun reputasi Indonesia di tingkat domestik maupun global.
Menyongsong tahun 2020, Konvensi pada kali ini digelar di Sahid Raya Hotel & Convention, Yogyakarta.
Acara yang dihadiri oleh 600 praktisi humas dari berbagai institusi (akademisi, pemerintahan dan swasta), membahas Kearifan Lokal, Solusi Global.
Agung Laksamana, Ketua Umum PERHUMAS, menyampaikan setelah diskusi kita dalam konvensi, Kearifan Lokal harus menjadi Nation Branding bagi Indonesia.
“Humas harus menyebarkan narasi-narasi positif tentang bagaimana keindahan budaya kita. Sebagai anak bangsa kita perlu ikut berperan serta dalam membangun narasi-narasi yang mampu membentuk reputasi Indonesia dikancah global,” tegas Agung di Jogja, Rabu (17/12).
Kearifan lokal dan budaya merupakan aset penting Indonesia dalam membentuk reputasi. Untuk menjamin terpeliharanya kearifan lokal dan budaya, diperlukan kerjasama lintas sektoral.
Humas harus menjadikan media sebagai mitra strategis. Dalam era dimana konektivitas terus terjadi, sebagai praktisi humas harus terus menyebarkan narasi positif yang membangkitkan semangat kebangsaan, menggerakannya melalui kearifan lokal Indonesia.
Humas Indonesia juga memiliki peran diplomasi pada era kini. Dimana dalam setiap kegiatannya selalu tertanam nilai-nilai keunggulan kita yang berasal dari kearifan lokal. Sehingga mata dunia selalu tertuju ke Indonesia.
Untuk itu humas harus memanfaatkan kemajuan teknologi. Dalam era ini, teknologi memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membangun awareness. Adanya teknologi, mendorong kampanye PR menuju kancah global dimana tidak ada batasan dalam sumber informasi.
Dengan narasi positif dan menampilkan talenta yang dimiliki, adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap kearifan budaya Indonesia. Namun demikian yang perlu diingat adalah, meskipun teknologi terus berkembang, dasar dari komunkasi ialah interaksi “Human to Human”.
Hal ini bermakna, PR tidak semata-mata berkomunikasi dengan gadget dan computer, melainkan “human to human” namun dengan channel yang berbeda.
Sehubungan dengan itu praktisi humas perlu memahami bagaimana memanfaatkan teknologi dalam menunjang kerjanya. Humas harus mengerti bagaimana membaca data statistik pada era Big Data. Karena kemampuan membaca data adalah kunci keberhasilan humas dalam menjawab tantangan kedepan.
Pentingnya kemampuan membaca dan mengelola data tersebut menjadi acuan kreativitas bagi humas dalam menentukan konteks dan konten pada pesan yang ingin disampaikan.[Go/Res]