GARDUOTO – Gejolak perekonomian global serta adanya tendensi proteksionisme di beberapa negara mulai membawa dampak bagi pertumbuhan ekspor otomotif nasional.
Hasil laporan dari Toyota, volume ekspor kendaraan utuh (Complete Build Up/CBU) pada bulan Januari hingga April 2019 tercatat sebanyak 61.600 unit atau turun 6% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 lalu dengan jumlah 65.700 unit.
Beberapa penyebab turunnya kinerja ekspor kendaraan utuh bermerek Toyota. Antara lain dikarenakan kondisi perekonomian di negara destinasi tujuan ekspor terutama di kawasan Timur Tengah dan Filipina.
Dari total volume ekspor CBU bermerek Toyota tersebut. Kontributor terbesar masih dipegang oleh model Sport Utility Vehicle (SUV) Fortuner dengan volume 14.400 unit atau 23% dari total volume ekspor.
Disusul oleh Rush dengan volume 12.600 unit (20%), serta Agya di tempat ke tiga dengan volume 10.800 unit (18%). Model-model lainnya adalah Vios, 7.500 unit, Avanza 8.400 unit, Kijang Innova, Sienta, Yaris serta Town Ace/Lite Ace dengan total volume 7.900 unit.
Menanggapi kondisi performa ekspor yang tertekan, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam menjelaskan bahwa situasi yang terjadi saat ini merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan menjadi resiko yang telah diperhitungkan oleh korporasi.
“Naik turunnya kondisi perekonomian di sebuah negara tujuan ekspor merupakan hal di luar kontrol atau kendali kita dan tidak terhindarkan. Namun demikian, hal-hal seperti ini tentu telah kami perhitungkan dalam manajemen resiko,” ungkap Bob Azam.
Walaupun kinerja ekspor CBU di periode caturwulan pertama tahun 2019 ini kurang memuaskan. TMMIN tidak mengoreksi target pertumbuhan ekspor dan masih optimis bahwa pertumbuhan di atas 5% hingga akhir tahun 2019 dapat dipenuhi.
“Belum ada koreksi terhadap target ekspor. Kami masih optimis target pertumbuhan di atas 5% dapat tercapai. Mulai pertengahan tahun, akan ada ekspansi ekspor ke beberapa negara tujuan baru di kawasan Amerika Tengah. Ditambah adanya permintaan fleet order dari negara-negara Timur Tengah diharapkan bisa membantu tercapainya target yang ditetapkan,” tutur Bob Azam.
Penambahan negara tujuan di kawasan Amerika Tengah tersebut melalui proses yang tidak singkat. Studi pasar termasuk peraturan dan regulasi di negara kandidat tujuan ekspor baru dilakukan langsung oleh divisi terkait di TMMIN sejak tahun 2018 yang lalu.[Go/Res]