GARDUOTO – PT Mandiri Tunas Finance (MTF) yang genap berusia 10 tahun pada 6 Februari lalu mendapatkan pencapaian yang cukup baik.
Direktur Utama MTF Arya Suprihadi di sela perayaan hari ulang tahun MTF pada hari Senin (11/02). Mengatakan di usia ke 10 tahun MTF. Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh stakeholders, baik customer, pemegang saham, karyawan, regulator, mitra kerja. Serta semua pihak atas berbagai pencapaian baik dari aspek keuangan maupun non keuangan.
Sepanjang tahun 2018, MTF telah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp 26,9 triliun. Atau naik 21,6%. kenaikan ini lebih baik dibandingkan pembiayaan baru tahun 2017 sebesar Rp22,2 triliun.
“Dari total pembiayaan tersebut, sebesar 73,2% disalurkan untuk segmen retail, 23,7%. Untuk segmen corporate fleet, dan sisanya 3,6% pembiayaan segmen multiguna dan lain-lain,” Arya menjelaskan.
Selain itu MTF juga berhasil mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp403,3 miliar atau naik 15,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Sementara aset tumbuh 18,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Yakni mencapai Rp17,5 triliun per 31 Desember 2018 dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp14,7 triliun.
Pertumbuhan pembiayaan di tahun 2018 tersebut didorong peningkatan lending di Kalimantan sebesar 35,3% (Year-on-Year/YoY). Pertumbuhan lending di segmen Corporate Fleet sebesar 67,3% (YoY), serta pertumbuhan lending segmen multiguna sebesar 214,8% (YoY) menjadi Rp 900 miliar.
Sedangkan kerja sama channeling dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) menghasilkan pembiayaan syariah sebesar Rp 1,4 triliun, dan pembiayaan dengan Fintech sebesar Rp 70 miliar.
Kendati gencar mendorong pertumbuhan bisnis, MTF tetap berhasil menjaga kualitas kredit, yang tercermin dengan tingkat Non Performing Loan (NPL) mencapai 0,83%, yang mengalami perbaikan dari posisi NPL tahun lalu sebesar 1,09%.
Pencapaian Non Keuangan 2018
Direktur MTF Harjanto Tjitohardjojo menambahkan, Dari sisi non keuangan, MTF telah melaksanakan berbagai pencapaian. Antara lain percepatan bisnis BSM OTO, penjualan produk melalui fintech dan direct online, sentralisasi proses input (SPRINT).
Minimalisasi cost of fund melalui pendanaaan offshore dan asset purchase, peningkatan kapabilitas IT dan telemarketing, berbagai program training, sharing pengetahuan dan business case competition.[Go/Res]